Pendekatan market orientation merupakan ciri khas pemikiran marketing sejak tahun 1960-an yang menitikberatkan pada produk dan keunggulan fungsionalnya, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Namun, keunggulan fungsional umumnya mudah ditiru sehingga menjadi tantangan terbesar pendekatan market orientation (Urde, 1999).
Kemudian, pada akhir 1980-an muncul pendekatan resource orientation yang menempatkan kombinasi sumber daya dan kompetensi yang unik menjadi dasar keunggulan kompetitif yang sulit ditiru pesaing. Resource orientation menitikberatkan pada tujuan, nilai, sistem, struktur dan sumberdaya perusahaan (Urde, 1999). Dari perspektif resource orientation, Brand merupakan sarana untuk membedakan dengan produk pesaing dan barrier to entry (Melin, 1997).
Lebih lanjut, David Aaker (1991) memperkenalkan konsep Brand Equity yang menempatkan Brand sebagai Aset Bisnis. Menurut Aaker, Brand equity merupakan sekumpulan aset dan liabilitas yang akan menambah/mengurangi nilai dari produk/layanan kepada pelanggan. David Aaker juga menyampaikan Brand Equity selain menciptakan pelanggan setia juga memberi kesempaan bagi pelaku usaha untuk menjual produk dengan “premium price” yang memberikan pendapatan (revenue) yang lebih besar dibanding pesaing.
Saat Brand menjadi aset bisnis yang mampu untuk menciptakan pelanggan setia dan membuat konsumen bersedia membayar harga premium serta meningkatkan keuntungan perusahaan, maka Brand menjadi unsur penting strategi bisnis. Oleh sebab itu Mats Urde (1994) memperkenalkan konsep Brand Orientation.
Brand orientation merupakan pendekatan untuk menciptakan, mengembangkan dan melindungi brand identity (misi, visi, core value) pada saat berinteraksi dengan pelanggan yang menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan serta bertahan lama.
Pelaku usaha yang menerapkan brand orientation akan menitikberatkan penciptaan nilai (value) dan makna (meaning). Pendekatan brand orientation menempatkan Brand sebagai platform untuk berinteraksi dengan konsumen berdasarkan misi, visi dan core value pemilik brand.
Selain itu Urde menyampaikan “the passion for brands is a characteristic trait of a brand-oriented approach” karena pendekatan brand orientation tidak semata-mata fokus pada produk inovatif, positioning yang jelas, dan citra yang menarik, tetapi juga identitas, visi, misi, dan core value.
Bagi pelaku usaha yang berminat untuk menciptakan nilai (value) dan makna (meaning) untuk produk dan bisnisnya, Pak Bi memperkenalkan serial Workshop untuk membangun Brand, yakni “Branding-Marketing-Selling”, “Magnet Branding”, “Brand Disruption” dan “No Brand, No Bussines.” Workshop ini akan mengajarkan pelaku UKM setiap tahapan untuk membangun Brand secara tepat dan singkat.
Mau update seputar Brand dan Bisnis ?
Silahkan follow akun IG @subiakto, @dwitasoewarno, @indonesiabisabikinbrand, @bukanakademi, @indonesiaspicingtheworld, @rumahukmcom
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Origin Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silahkan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: JF Sebayang