Categories
Artikel

TAMBAHKAN MAKNA UNTUK BRAND ANDA DENGAN 15 LANGKAH MAGNET BRANDING DI HARI KEDUA WORKSHOP OFFLINE EKSKLUSIF BISA BIKIN BRAND, 19-20 SEPTEMBER 2022

Bagi Anda yang sudah mengikuti Pak Bi di media sosial, mungkin Anda sudah familiar dengan ungkapan “Brand itu adalah nama plus makna.” Semua orang bisa bikin brand, tapi apakah Anda sudah menggunakan langkah-langkah yang benar?

Beruntunglah bagi Anda yang sudah mengamankan kursi di workshop offline eksklusif Bisa Bikin Brand, Senin, 19 September hingga Selasa, 20 September 2022 di Ramayana Terrace Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat. 

Kalau di hari pertama Anda akan mempelajari evolusi marketing dari Marketing 1.0 ke Marketing 4.0, Pak Bi akan mengajak Anda untuk mengulik brand Anda sendiri menggunakan 15 Langkah Magnet Branding.

Magnet Branding 15 Langkah

Seperti apakah 15 Langkah Magnet Branding itu? Hal-hal yang akan dipelajari di hari kedua antara lain: Brand Value, Brand Call To Action, Brand DNA, Brand Core Value, Brand Positioning, Blue Ocean, New Category, Brand Identity, Tagline, dan Experience.

Pak Bi didepan para peserta workshop menjelaskan materi Brand Disruption

Singkatnya dapat dilihat dalam ilustrasi berikut ini: Brand adalah nama plus makna; makna itu adalah value plus call to action; value adalah brand DNA; Brand DNA adalah passion, atau cita-cita founder dari brand tersebut — dan begitu seterusnya. Semua aspek ini saling berkesinambungan, dan tentunya perlu dipelajari oleh UKM agar brandnya bisa senantiasa menjadi pilihan konsumen di tengah persaingan pasar yang ketat.

Pak Bi Menjelaskan materi 15 Langkah

Serunya lagi, Pak Bi akan mengajarkan langkah-langkah rahasia yang belum pernah dibuka di workshop lainnya, yaitu bagaimana menyiasati pinball ecosystem di era digital ini. Kalau marketing zaman dulu dianalogikan sebagai permainan bowling, era pemasaran media sosial menggunakan konsep yang menggunakan analogi permainan pinball.

Pola marketing zaman dulu dianalogikan sebagai permainan bowling, di mana kita yang memegang dan melempar bolanya serta tracknya lurus dan pinnya diam tak bergerak. Anggaran TV besar ibarat bola yang digulirkan pemasar yang mencoba untuk mencapai pin sebanyak mungkin. Pemasar memegang kendali, dan menghitung berapa banyak “pin” yang berhasil mereka pukul.

Dalam dunia pemasaran media sosial, metafora bowling tidak cocok lagi karena di arena ini, pemasaran dapat lebih baik digambarkan sebagai permainan pinball. Perusahaan menyajikan “bola pemasaran” (merek dan pesan pembangunan merek) ke dalam lingkungan pasar yang dinamis dan kacau.

Penulis: Nadia VH

@nadiavetta