Internet dan media sosial mengubah cara pemasar dan pemilik Brand dalam mengelola Brand mereka. Saat ini ada dua teori yang umum digunakan dalam mengelola brand di era media sosial, yakni: “Information Processing Theories” dan “Consumer Culture Theories”
Brand management secara konvensional menggunakan pendekatan “Information Processing Theories” yang fokus pada perilaku konsumen. Selain itu, teori ini menempatkan Brand merupakan aset perusahaan. Oleh sebab itu, Brand Manager yang mengendalikan pembentukan brand di benak konsumen melalui aktivitas pemasaran yang dirancang secara cermat. Umumnya, brand story disampaikan melalui iklan (Aaker dan Joachimsthaler 2000).
Di sisi lain, Brand management dari perspektif post-modern menggunakan pendekatan “Consumer Culture Theories” yang fokus pada “share value” dan brand merupakan hasil “co-creation” berbagai stakeholder yang terkait dengan Brand.
Umumnya, brand story dibuat oleh empat penulis utama, yakni Firm (perusahaan/pemilik Brand), Consumer (konsumen), Influencer dan Popular Culture (misalnya: film, Buku, Majalah) (Holt, 2003).
Sebuah Brand merupakan proses kolektif dan co-creation beberapa pencipta merek yang semuanya menyumbangkan brand story dan membentuk “Makna bersama”. Oleh sebab itu, pemilik Brand harus mampu membuat konten yang bisa menggerakkan audiens konsumen untuk terlibat dan berinteraksi dengan konten.
Meski demikian, apa pun pilihan pendekatan Brand management yang digunakan, “Information Processing Theories” ataupun“Consumer Culture Theories”.
Tetap saja, Pemilik Brand mesti menentukan dan memiliki “DNA-core value-add value dan brand Positioning” yang membuat produk mereka menjadi unik, relevan dan bermakna bagi konsumen.
Bagi pemilik Brand yang belum punya DNA-core value-add value dan brand Positioning”, bisa belajar menemukan value yang relevan dengan mengikuti “Workshop Bisa Bikin Brand”
Dalam workshop ini, peserta akan belajar 15 langkah membangun brand. Ada beberapa tahapan yang mesti dilalui untuk menentukan value yang tepat, yakni menggali product insight, memilih market category dan kompetitor dan kemudian mengeksplorasi dan menentukan DNA-core value-add value dan brand Positioning.
Praktek setiap tahapan membangun brand dengan 15 langkah bisa dialami secara langsung dengan mengikuti workshop “Bisa Bikin Brand” tanggal 8-9 Mei 2024 di Solo.
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang