indonesiaspicingtheworld.com. Social commerce” merupakan aktivitas e-commerce yang menggunakan media sosial untuk memediasi proses jual beli secara secara online (Lai, 2010). “Social commerce” mulai berkembang pesat pada tahun 2007 sejalan dengan Facebook menambahkan layanan belanja ke dalam fitur mereka. Ini menjadi momen masuknya e-commerce ke media sosial.
Perbedaan mendasar antara social commerce dan e-commerce terlihat jelas bahwa e-commerce lebih fokus pada memaksimalkan efisiensi dengan strategi pencarian yang canggih, pembelian sekali klik, dan rekomendasi oleh sistem, berdasarkan aktivitas belanja pengguna sebelumnya. Sedangkan, social commerce fokus pada berbagi informasi dan membangun hubungan sosial (Wang & Zhang, 2012). Selain itu, e-commerce lebih berorientasi pada produk sedangkan social commerce lebih berorientasi pada pelanggan (Wigand et al. 2008).
Paul Marsden and Paul Chaney merekomendasikan Flip the Funnel yang ditulis Joseph Jaffe sebagai sebagai salah satu buku terbaik yang mengulas tentang penjualan dengan menggunakan media sosial. Joseph Jaffe mengagas untuk membalik sales funnel tradisional dan model AIDA yang biasa digunakan untuk menawarkan produk. Model AIDA, bermula dari membuat audies Aware dengan produk yang akan dijual, lalu menciptakan Interest dan Desire kemudian mendorong audiens untuk melakukan Action.
Sedangkan, Model Flip the Funnel bermula dari pelanggan yang sudah ada dengan menerima keberadaan pelanggan tersebut dan kemudian melibatkan mereka dalam percakapan terkait produk yang ditawarkan. Selanjutnya, beri insentif untuk mengaktivasi pembelian kembali dan rekomendasi. Jaffe mengembangkan model Flip the Funnel terinsipirasi dengan gagasan Seth Godin tentang Funneling “Give your fans the power to speak up”.
Lebih lanjut, Seth Godin menyebutkan: “Turn strangers into friends. Turn friends into customers. And then… do the most important job: Turn your customers into salespeople”.
Senada dengan Seth Godin, Pak Bi menyebutkan semua bisnis mau offline ataupun online, tujuannya untuk mengubah STRANGER menjadi CUSTOMER. Caranya dengan tahapan berikut: (1) Stranger ke Visitor, (2) Visitor ke Leads dan (3) Leads menjadi Consumer. Tahapan ini disebut strategi FUNNELING yang setiap langkahnya membutuhkan MAGNET TRANSAKSI.
Selain itu, Jaman dulu pembeli dibuat Loyal pada brand kita sehingga selalu beli lagi beli lagi. Tetapi jaman NOW, brand loyalty saja tidak cukup. Selain loyal pada brand, Customer dituntut menjadi PROMOTERS dari Brand atau Produk kita. Oleh sebab itu, pelaku usaha membutuhkan MAGNET BRANDING.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Penulis: JF Sebayang