indonesiaspicingtheworld.com. 85 persen pelaku usaha e-commerce Indonesia adalah reseller atau distributor, hanya 15 persen yang menjual produk mereka sendiri. Pelaku usaha ini sebagian besar berupa UMKM dengan jumlah total sekitar 4,5 juta penjual online aktif pada akhir tahun 2017 (McKinsey, 2018).
Studi yang dilakukan McKinsey (2018) memperkirakan kontribusi e-commerce formal sekitar $5 miliar, sedangkan e-commerce informal sekitar $3 miliar.
e-commerce formal melakukan aktivitas penjualan dan pembelian menjual melalui platform marketplace yang menyediakan fasilitas transaksi dengan menampilkan produk yang dilengkapi fitur pembayaran dan pengiriman. Sedangkan, e-commerce informal berupa “social commerce” yang aktivitas penjualan dan pembelian melalui platform media sosial.
Meskipun reseller memberikan kontribusi terhadap e-commerce Indonesia, namun mereka menghadapi sejumlah hambatan untuk tumbuh dan berkembang. Hambatan yang dihadapi reseller, antara lain: margin yang tipis, keterbatasan pengetahuan dan informasi terkait permintaan (demand), produk relatif sama dan keterbatasan untuk menciptakan nilai tambah.
Pada kondisi ini, reseller dapat meningkatkan nilai tambah mereka dengan meningkatkan reputasi mereka dengan cara meningkatkan interaksi dan kualitas hubungan dengan konsumen sehingga menciptakan kepercayaan (trust) dan mengurangi ketidakpastian yang dirasakan konsumen saat bertransaksi.
Studi yang dilakukan Resnick dan Zeckhauser (2002) menemukan bahwa reputasi pribadi sangat menentukan keberhasilan menjalankan bisnis di platform peer-to-peer marketplace.
Bahkan, temuan Abrate & Viglia (2017) mengungkapkan bahwa pada peer-to-peer marketplace, reputasi penjual lebih berpengaruh terhadap pendapatan dibanding reputasi produk yang ditawarkan. Artinya, personal brand lebih berpengaruh dibanding produk brand di pasar online.
Oleh sebab itu, Pak Bi menyampaikan bagi reseller sebaiknya menggunakan personal branding untuk meningkatkan “trust” bagi pembeli mereka.
Lebih lanjut, Pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” menjelaskan “Personal Brand” adalah nama seseorang yang punya makna. Makna tersebut dirumuskan dari nilai-nilai yang ada pada diri pemilik nama tersebut.
Pak Bi menyebutkan ada tujuh nilai yang bisa digunakan untuk menciptakan personal brand. Lengkapnya dapat disimak dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” atau klik http://pakbibaca.in untuk mendengarkan audio book “Kitab Bisa Bikin Brand”
Bagi yang sedang berkompetisi di ajang Pileg 2024, Pak Bi bersama Deddy Rahman menghadirkan workshop “Personal Brand” Tanggal 16-17 Januari 2024
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang