Categories
Artikel

BRAND FANDOM

indonesiaspicingtheworld.com. Penggemar atau fans merupakan orang yang memiliki hubungan khusus dengan objek yang mereka sayangi  (Obiegbu et al., 2019).

 

Lebih jauh, Liu &  Wang (2020) menyebutkan penggemar (fans) memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda, misalnya:

  • Penggemar “cultural products” merupakan orang yang memiliki ikatan yang kuat dan memperoleh kesenangan, kepuasan, dan “sense of achievement” serta menciptakan makna hidup dengan produk budaya (seperti film, fiksi, musik, komik, dan science fictions).
  • Penggemar “sport mengacu pada penonton yang antusiasme dengan event olahraga tertentu atau orang yang mempunyai “sense of belonging” yang kuat terhadap tim atau klub olahraga tertentu.
  • Penggemar “Brand” mengacu pada konsumen yang setia baik secara emosional maupun perilaku terhadap suatu merek dan terlibat aktif untuk mendukung Brand tersebut.

 

Studi yang dilakukan Todd & Armstrong (2020) mengungkapkan ada dua tipikal penggemar brand, yakni “Brand community” dan “Brand Fandom.” Kedua jenis penggemar brand ini memiliki satu kesamaan, yakni: “Engagement”. Namun, yang membedakan hanya motivasi mereka bergabung dalam komunitas konsumen.

 

Brand community merupakan sekelompok konsumen yang berdedikasi dan bersemangat dan memiliki kecintaan terhadap suatu brand yang mendorong mereka untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi. Seringkali anggota  brand communities terlibat aktif mempromosikan brand sehingga mereka menjadi brand ambassadors, brand evangelists, dan opinion leaders (Keller, 2001). Faktor utama yang menggerakkan Brand Community adalah utilitarian,  informational dan transactional (Todd & Armstrong, 2020).

 

Sedangkan, Brand fandom merupakan sekelompok konsumen yang saling terhubung karena memiliki keminatan dan kesukaan terhadap suatu brand untuk mengekspresikan jati diri serta terlibat dalam berbagai bentuk interaksi dan kreasi.  Faktor utama yang menggerakkan Brand Fandom adalah affiliation, creative dan  self-expression & identity (Todd & Armstrong, 2020).

 

Witt & Baird (2018) mengungkapkan fandom tercipta secara organik, saat orang-terhubung dengan sebuah karakter, konten, ataupun cerita. Oleh sebab itu,  anggota fandom berinteraksi untuk berkreasi menciptakan cerita dan berekspresi.

 

Biasanya, ekspresi jati diri berupa fan-fiction, fan-art, cosplay, dan blogging (Güldenpfennig, 2011). Jadi, kreasi, narasi dan ekspresi artistik yang menjadi pendorong  ‘engagement’ yang membuat penggemar mencurahkan waktu dan cintanya kepada Brand Fandom.

 

Pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” menyampaikan “engagement” adalah kedekatan atau keterlibatan sebuah produk karena adanya kesamaan. Jadi, buat apa punya produk yang unggul, tapi tidak menciptakan engagement yang membuat konsumen kasmaran dengan produk anda.

 

Konsumen yang kasmaran dengan produk anda akan bersedia menjadi brand advocate bahkan membentuk tribes dan brand fandom yang akan mempromosikan dan membela brand anda.

 

Mau tahu cara menciptakan ‘engagement’ ?

Lengkapnya bisa dibaca  “Kitab Bisa Bikin Brand” dan ikuti “Workshop Bisa Bikin Brand”

 

Nah, bagi pebisnis yang sibuk tapi mau belajar bisa bikin brand.

Saat ini telah hadir Kitab Bisa Bikin Brand versi “audio book”, jadi belajar brand bisa di mana saja. Coba klik aja http://pakbibaca.in

 

Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.comindonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com  serta  subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

 

Penulis: JF Sebayang

@jfsebayang