Budi Isman adalah seorang executive coach yang kini juga menjabat sebagai CEO platform belajar bisnis Biznis.id dan ProIndonesia Foundation yang akan menjadi salah satu pembicara dalam Webinar Indonesia Spicing The World hari Rabu, 24 Agustus besok.
Pak Budi memiliki sejarah yang panjang di dunia korporasi, beliau bekerja di berbagai perusahaan multinasional seperti ExxonMobil, Shell Oil, dan Coca-Cola selama 30 tahun. Beliau juga pernah menjabat sebagai CEO/President Director PT. Sarihusada sebagai bagian bidang Baby Nutrition di Danone pada 2005-2009 serta menjadi board member dan advisor beberapa perusahaan asing dan nasional.
Pak Budi pertama kali tahu tentang Pak Bi sekitar pertengahan tahun 90an, karena perusahaan-perusahaan asing yang dipimpin Pak Budi di masa itu menggunakan jasa advertising agency. Karena saat itu bersinggungan dengan dunia periklanan lokal, Pak Budi sudah mendengar tentang Pak Bi, meskipun tidak pernah kerjasama. Mereka baru mengenal langsung sekitar 2014-2015, yaitu saat awal-awal Pak Budi membantu UKM di seluruh Indonesia secara masif.
Saat keduanya bertemu langsung, mereka baru mengetahui kalau dunia memang sempit: Pak Budi dan Bu Dwita sama-sama belajar di Amerika Serikat di saat orang tua mereka bekerja sebagai diplomat pada tahun 80-an. Pak Budi meraih gelar sarjana (bachelor) bidang finance (keuangan) dari The American University dan Master’s Degree bidang organization management dari The George Washington University di Washington DC sementara Bu Dwita mendapat gelar sarjana bidang marketing dari The University of Maryland.
“Saya baru kenal langsung karena mungkin Mas Bi melihat saya aktif membantu UMKM, jadi mungkin sama-sama satu visi. Sehingga ya udah, kalau gitu, kenapa nggak kita kolaborasi dan kerjasama, saling bantu terutama dari sisi ilmu? Jadi kami yang sudah bekerja cukup lama ini seharusnya memberikan ilmunya ke adik-adik dan teman-teman [UKM] ini,” kata Pak Budi.
Pada Webinar ISTW 2022 besok, Pak Budi, yang juga penulis buku berjudul 7 Steps To Reach Your Dream, akan menjelaskan mengenai pentingnya untuk berhati-hati menggunakan reseller bagi para pemilik brand.
“Banyak reseller yang marah dengan judul itu,” Pak Budi tertawa. “Padahal judul ini maksudnya memprovokasi: Intinya adalah hati-hati menggunakan reseller karena kalau kita nggak kelola dan manage dengan baik, justru akan menjadi boomerang untuk bisnis kita.”
Bagi Pak Budi, mayoritas teman-teman UMKM atau anak muda yang memiliki usaha menjalankan bisnisnya secara online karena faktor kemudahan dan biaya yang tidak begitu besar untuk mereka; salah satu cara yang paling cepat adalah menggunakan reseller. Namun, persoalannya adalah para pebisnis ini belum paham cara memakai reseller dengan baik; bukan hanya agar bisnisnya mendapatkan omzet yang baik atau meningkat, tapi juga agar pesan yang hendak disampaikan dan value yang hendak dibangundari brandnya sendiri bisa berjalan.
Pak Budi lebih lanjut menjelaskan bahwa pemilik brand bisa jadi hanya menyediakan alat-alat yang “seadanya” untuk jualan, dan reseller memiliki cara berkomunikasi yang berbeda-beda kepada konsumen mereka. Contohnya, apabila seorang reseller mengatakan manfaat dari suatu produk adalah A sedangkan reseller lain mengatakan B, pesan dan image yang tidak konsisten ini dapat merusak brand karena masing-masing dari mereka membangun persepsi yang berbeda-beda.
Melihat dari pengalaman Pak Budi di korporasi, seharusnya pemilik brand memiliki standar yang ketat seperti nilai dari brand, cara komunikasi dengan konsumen, hingga cara menampilkan produk sehingga pesan dan brand value yang ingin disampaikan ke konsumen akhir dapat terbangun dan tersampaikan. Apabila reseller melanggar, maka konsekuensinya bisa diputus hak jualnya oleh pemilik brand.
“Kita harus menjamin kalau reseller atau distributor adalah perpanjangan tangan dari kita, sehingga brand dan value dari brand kita terus-menerus dibangun sesuai dengan pesan kita. Sehingga tujuan dan misi brand kita dapat tercapai,” lanjut Pak Budi.
Mengenai harapannya untuk gerakan Indonesia Spicing The World, Pak Budi menganalogikan Indonesia dengan keragaman budaya, bahasa, serta keanekaragaman hayati (biodiversity), penduduk Indonesia harus dapat melahirkan brand-brand yang beragam dan unik bukan hanya untuk dalam negeri, tapi juga untuk menjadi bagian dari brand-brand dunia — tentunya, diperlukan keberanian untuk menjadi produsen.
“Walaupun saya tahu dagang itu juga bisnis, tetapi bukan itu yang saya harapkan. Yang saya harapkan adalah Indonesia menjadi produsen untuk kebutuhan-kebutuhan dunia, tapi dengan keberagaman kita itulah kita menjadi spice dari dunia ini,” tutup Pak Budi.
Penulis: Nadia VH