indonesiaspicingtheworld.com. Entrepreneur merupakan salah satu aktor utama perekonomian sebuah negara karena mampu menciptakan lapangan kerja dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Jadi, tidak heran sebagian besar negara menerapkan kebijakan untuk mendorong peningkatan jumlah entrepreneur untuk menggerakkan perekonomian negara.
Situasi ini mendorong sejumlah akademisi mengembangkan studi tentang entrepreneurship untuk memberikan pemahaman yang lengkap terkait entrepreneur dan dampaknya terhadap sosial dan ekonomi. Salah satu topik kajian yang menjadi perdebatan akademis, apakah seorang entrepreneur “dilahirkan (born)” atau “diciptakan (made)”
Periode tahun tahun 1960-an hingga 1980-an, perspektif psikologi mendominasi pandangan tentang entrepreneur. Pandangan ini mengungkapkan bahwa entrepreneur dilahirkan dengan sifat dan kepribadian tertentu, misalnya berani mengambil risiko, keyakinan menentukan nasib sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri, dan self-efficacy (Vecchio 2003).
Lebih jauh, Schumpeter (1934) menilai seorang entrepreneur merupakan individu inovatif yang berperan sebagai ‘A Great Man‘ yang bisa menciptakan perubahan melalui “creative destruction.”
Tahun 1980-an terjadi pergeseran pandangan yang melihat entrepreneurship merupakan proses penciptaan usaha baru. Yang membedakan entrepreneur dari non-entrepreneur bukanlah sifat kepribadian, tapi kemampuan untuk membentuk organisasi baru (Gartner 1988).
Gartner (1985) menyampaikan memulai membangun bisnis yang baru merupakan hasil interaksi antara empat komponen, yakni individu, organisasi, lingkungan dan proses. Pandangan ini melihat bahwa semua orang berpotensi menjadi entrepreneur. Menjadi entrepreneur merupakan sebuah proses yang melibatkan pengalaman hidup, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan orang-orang yang kita temui (Nielsen, et.al, 2017).
Nah, bagi Anda yang meyakini bahwa menjadi entrepreneur merupakan sebuah proses, maka ini momen yang tepat untuk belajar tentang “Brand dan Bisnis” pada orang yang tepat di Workshop “Workshop No Brand No Bisnis”
Pada workshop ini Pak Budi akan menyampaikan langkah membangun bisnis yang profitable dengan “Smart Business Map (SBM)” yang terdiri dari 12 pertanyaan yang dikuasai sebelum memulai bisnis. Bagi wirausaha baru sebaiknya mampu menjawab lima pertanyaan yang berkaitan dengan “Playing Field” sebelum memulai membangun bisnis, yakni: What is Customer Problem, Who has the Problem, What is the Solution, How Big is the Market dan What factors will impact the business?
Sedangkan Pak Bi memperkenalkan “Branding Canvas” yang terdiri dari 15 langkah membangun Brand yang mengubah transaksi menjadi pengalaman yang tak terlupakan yang membuat konsumen beli lagi beli lagi. Bagi wirausaha baru sebelum memulai membangun bisnis sebaiknya menentukan tujuan bisnis yang mau dijalankan dengan mengeksplorasi dan menentukan empat faktor penting, yakni: product insight, product category & competitors, target market dan target audience.
Bagi wirausaha baru maupun pelaku UKM yang mau membangun bisnis yang growth, sustainable dan profitable, segera ikuti workshop “No Brand No Bisnis” tanggal 12-13 Juli 2023. Jangan sampai kelewatan!
Pendaftaran dapat melalui biolink @subiakto atau hubungi pak Kasim 085223944575
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official. Dan follow juga Instagram Pak Bi @subiakto.
Penulis: JF Sebayang