Saat ini kota-kota bersaing menarik kunjungan wisatawan dan investor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota.
Pemimpin politik dan pejabat daerah menyadari sebuah kota harus memiliki keunggulan kompetitif yang unik dan otentik sehingga membutuhkan pendekatan marketing dan branding untuk memperkenalkan kota kepada konsumennya (penduduk, wisatawan dan investor).
Namun, Simon Anholt dan Keith Dinnie mengungkapkan Branding suatu tempat lebih kompleks daripada branding produk atau layanan, karena stakeholder dan kelompok sasaran sebuah kota lebih luas dan memiliki beragam kebutuhan dan keinginan.
Alan Middleton menyebutkan City Branding terdiri dari menciptakan daya tarik bagi investor dan wisatawan, membangun kredibilitas dan kepercayaan, meningkatkan pengaruh politik secara nasional dan internasional, mendorong kemitraan secara global dan produktif dengan kota-kota lain di berbagai belahan dunia, dan menciptakan kebanggaan bagi warganya.
Mohamed Berrada (2018) melakukan analisis terhadap 30 model City Branding dan menemukan 11 elemen yang mempengaruhi proses City Branding yang saling terkait, yakni: tempat (place), brand leadership, community stakeholders engagement, brand vision, brand architecture, brand identity, brand communication, brand image, brand experience, brand action dan brand evaluation.
Semua Elemen ini harus ada dalam model City Branding karena memiliki peran strategis dalam menciptakan Brand sebuah kota.
Brand leadership merupakan salah satu elemen utama dalam mengembangkan place branding. Brand leadership memiliki peran penting mulai dari memberikan brand vision, mengelola dan melibatkan semua pemangku kepentingan (community stakeholders), mengembangkan brand identity, mengkomunikasikan Brand, serta merancang citra (Brand image) yang diinginkan. Rainisto (2003) dan Azevedo (2005) menggunakan “Kelompok perencanaan”, sementara Arabzadeh dan Aghaeian (2015) menggunakan “Kelompok kerja” untuk menjelaskan istilah “Brand Leadership” secara praktis.
Sementara itu, Hankinson (2007) menggunakan istilah Destination Marketing Organization (DMO) sebagai pemimpin proses branding yang mengorganisir berbagai kekuatan untuk berpartisipasi dalam manajemen branding kota untuk mencapai tujuan city branding. Akhirnya, Hudson, et.al (2016) menyebutkan Brand leadership merupakan pengembangan gugus tugas perencanaan City Branding yang merupakan elemen penting dalam merencanakan dan mengelola seluruh proses tahapan City (place) Branding.
Pak Bi dalam Workshop “Cross Branding” menyebutkan Personal Brand pemimpin kota (gubernur, walikota bupati) memiliki peran dalam membangun City Branding. Personal Brand pemimpin kota dapat memperkuat City Branding melalui Co-Branding ataupun Cross Branding.
Pak Bi menyampaikan PERSONAL BRAND berawal dari KOMPETENSI melalui kerja keras dan disiplin. Hasil dari kompetensi menghasilkan PRESTASI dan prestasi yang diperoleh secara terus menerus akan menciptakan REPUTASI yang akan menjadi LEGACY.
Begitu pentingnya PERSONAL BRAND bagi tiap orang, bagi yang berminat untuk membangun personal brand, silahkan untuk mengikuti Workshop “PERSONAL BRANDING”
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia Pesona Kota-Kota di Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto, untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.