Kemajuan teknologi yang membuat setiap orang saling terhubung membuat konsumen memiliki banyak pilihan terhadap produk dan layanan yang lebih baik serta lebih terjangkau. Oleh sebab itu, pemimpin pasar umumnya lebih mengutamakan berinvestasi secara agresif dan mengembangkan teknologi untuk mempertahankan dan menjaga kedekatan dengan pelanggan mereka saat ini. Situasi ini membuka celah bagi pemain baru untuk mengembangkan teknologi inovasi yang memberikan layanan pada kelompok yang diabaikan oleh pemimpin pasar.
Christensen mengungkapkan pemain baru dapat masuk ke pasar dengan mengembangkan disruptive technology yang merupakan inovasi yang mengubah aturan main (game changer) dengan menciptakan “customer value” melalui teknologi baru yang menargetkan segmen pelanggan “low end” ataupun “niche market”. Produk disruptive ini biasanya lebih murah, lebih sederhana, lebih kecil dan, seringkali lebih nyaman digunakan (Christensen, 2016). Value yang ditawarkan sesuatu yang baru sehingga dengan cepat konsumen beralih dari produk lama ke produk baru. Beralihnya konsumen secara masif dapat berdampak pada kejatuhan perusahaan incumbent.
Meski demikian, pelaku usaha bisa melakukan disrupsi tanpa melakukan inovasi pada produk. Namun, cukup melakukan “Brand Disrupsi” dengan cara membuat pesaing tidak relevan di benak konsumen (Subiakto, 1981). Pak Bi menyebutkan ada 6 point yang harus diperhatikan untuk melakukan “Brand Disrupsi”, yakni BIG IDEA, UNIQUE, NEW CATEGORY, NEW RULES, BARRIER TO ENTRY & TIPPING POINT.
Bagi pelaku usaha yang tertarik langkah-langkah melakukan disruption, segera daftarkan diri anda di Workshop “Brand Disruption” yang akan dilaksanakan 20 Desember 2022. Pendaftaran workshop ini bisa dilakukan melalui link yang terdapat di bio Instagram @Subiakto atau klik disini.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto.Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: JF Sebayang