Categories
Artikel

5 TEORI BRANDING POPULER YANG MASIH RELEVAN HINGGA SEKARANG

indonesiaspicingtheworld.com  Dunia branding terus berkembang, namun ada beberapa teori branding klasik yang tetap relevan dan terbukti sukses hingga sekarang. Pak Bi @subiakto selalu menekankan bahwa branding bukan sekadar logo atau merek, tetapi bagaimana brand bisa melekat di benak konsumen. Berikut lima teori branding yang masih relevan dan bisa jadi panduan untuk kamu membangun brand yang powerful!

  • Brand Positioning – Jack Trout & Al Ries

Konsep brand positioning dari Jack Trout & Al Ries menegaskan bahwa brand harus punya tempat khusus di pikiran konsumen. Caranya? Jadi nomor satu atau tampil beda. Contohnya, Aqua di kategori air mineral atau Gojek di layanan transportasi online. Pak Bi juga selalu menekankan bahwa brand yang sukses adalah yang bisa “mengklaim” satu kata kunci di benak konsumen.

  • Lovemarks – Kevin Roberts

Teori Lovemarks dari Kevin Roberts menjelaskan bahwa brand yang sukses bukan hanya dikenal, tapi juga dicintai. Brand seperti Apple, Nike, dan Indomie bukan cuma soal produk, tapi juga soal emosi dan storytelling yang kuat. Pak Bi menyebut ini sebagai “brand soul”—jiwa dari brand yang bikin konsumen merasa punya ikatan emosional yang dalam.

  • The Golden Circle – Simon Sinek

Simon Sinek memperkenalkan konsep The Golden Circle, yang menekankan bahwa brand yang sukses selalu dimulai dari “Why”, lalu ke “How”, dan terakhir “What”. Contohnya, Tesla tidak sekadar jual mobil listrik, tetapi membawa misi besar tentang energi berkelanjutan. Pak Bi juga selalu mengajarkan bahwa brand harus punya “Why” yang kuat agar bisa membangun loyalitas jangka panjang.

  • Brand Archetypes – Carl Jung & Margaret Mark

Teori ini menjelaskan bahwa brand yang kuat punya karakter yang jelas, seperti manusia. Ada 12 arketipe brand, misalnya The Hero (Nike), The Caregiver (Johnson & Johnson), The Creator (LEGO). Brand yang tahu karakter dan emosinya akan lebih mudah menarik audiens yang tepat. Pak Bi sering mengingatkan bahwa brand yang tidak punya kepribadian akan sulit melekat di hati konsumen.

  • Law of Sacrifice – Al Ries & Jack Trout

Menurut teori ini, brand yang mau sukses harus berani mengorbankan sesuatu untuk fokus pada keunggulannya. Contohnya, Apple tidak mengejar semua segmen, tetapi hanya fokus pada produk premium dengan desain eksklusif. Pak Bi selalu bilang, brand yang mencoba menyenangkan semua orang justru kehilangan identitasnya.

Mau brand-mu benar-benar dilirik, diingat, dan dicintai konsumen? Pahami dan terapkan teori branding ini dengan strategi yang tepat! Dengan belajar langsung dari Pak Bi di Workshop BBB, kamu akan menemukan cara terbaik untuk membangun brand yang kuat, relevan, dan bernilai. Make sure you are in!

 

Penulis: Nungki Mayangwangi

@mayangwangi