Categories
Artikel

VALUE CHAIN DAN ‘LOCAL WISDOM”

Empon-empon semakin populer di kalangan masyarakat semenjak kemunculan pandemi Covid 19. Apalagi Presiden Joko Widodo  menyatakan bahwa semenjak pandemi, dirinya rajin mengonsumsi minuman berbahan dasar empon-empon.

Empon-empon merupakan bahan dasar untuk membuat obat tradisional dan jamu yang berupa tanaman yang memiliki rhizoma, seperti jahe, kunyit, temulawak, kencur, dan temu putih.

Empon-empon bermanfaat sebagai imunomodulator (daya tahan tubuh), growth regulator(meningkatkan nafsu makan) dan growth stimulator (mempercepat pertumbuhan badan). Ekstrak jahe, kunyit, temulawak, lengkuas mampu meningkatkan aktivitas sistim imun (Spelman et al., 2006).

Selain itu rimpang kunyit dan temulawak sudah lama dikenal sebagai tanaman obat yang  memiliki efek farmakologis hepatoprotektor (melindungi sel-sel hati dan memperbaiki jaringan hati) karena mengandung  kurkuminoid, yang terdiri atas senyawa kurkumin dan turunannya.

Produksi kunyit tahun 2020 mencapai 193,58 ribu ton, naik sebesar 1,40% (2,67 ribu ton) dari tahun 2019. Luas panen kunyit tahun 2020 sebesar 8,14 ribu hektar, naik sebesar 0,51% (0,042 ribu hektar) dari tahun 2019. (BPS, 2021)

Laporan BPS (2021) menyebutkan daerah dengan produksi kunyit terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jawa Timur berkontribusi sebesar 53% terhadap produksi nasional dengan produksi mencapai 102,72 ribu ton dan luas panen 4,18 ribu hektar. Jawa Tengah berkontribusi sebesar 15,53% dengan produksi mencapai 30,06 ribu ton dan luas panen 1,6 ribu hektar. Jawa Barat berkontribusi sebesar 8,78% dengan produksi mencapai 16,99 ribu ton dan luas panen 688 hektar.

Kondisi ini menempatkan Jawa TImur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki efek Agglomeration Economies  bagi pelaku usaha yang ingin masuk ke sektor minuman sehat alami  tradisi Indonesia dengan  adanya tiga keunggulan ekonomi aglomerasi: yaitu (1) tersedianya tenaga kerja terampil lokal, (2) adanya hubungan yang erat dengan pemasok lokal, dan (3) adanya limpahan pengetahuan lokal.

Ini momen yang baik bagi Pelaku UMKM yang mampu berinovasi mengolah berbagai jenis tanaman obat Indonesia sehingga menjadi produk “ready to drink” dan menciptakan New Market Category” , seperti yang kerap disampaikan pak Bi “fokus untuk membuat yang baru atau menggabungkan dengan trend kekinian yang inovatif”

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan “Natural Healthy Drink” Tradisi Indonesia”