Categories
Artikel

VALUE CHAIN DAN OBAT MODERN ASLI INDONESIA

Heinonen, & Strandvik, (2021) bekerja sama dengan TrendWatching dan  Business of Purpose Initiative melakukan kajian inovasi selama pandemi Covid 19  dengan melakukan analisis terhadap 702 inovasi pada 24 sektor dan sektor terbanyak menghasilkan inovasi, yaitu kesehatan dan kebugaran (103), makanan dan minuman (76), teknologi informasi (75), media dan hiburan (74), dan ritel (57).

Pandemi Covid 19 telah mendorong minat untuk melakukan inovasi untuk menciptakan produk dan jasa untuk mencegah dan melindungi masyarkat dari penyebaran Covid 19.

Situasi ini menjadi momentum untuk melakukan inovasi pengembangan Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka (FF) berbahan alam Indonesia sehingga mengangkat dan melindungi pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produksi oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional.

Saat ini telah terdaftar 62 produk Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 25 produk Fitofarmaka (FF) yang kandungan bahannya telah dibuktikan khasiatnya uji praklinik dan uji klinik serta telah terstandar kandungan bahannya.

Oleh sebab itu, Badan Pengawas Obat dan  Makanan (BPOM) menerbitkan “Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19” yang bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk secara bijak dan rasional dalam menggunakan produk Obat Herbal Tersandar (OHT) dan FF (Fitofarmaka).

Disamping itu sebagai upaya pengembangan minat masyarakat untuk mengonsumsi produk obat alternatif berbahan alam sehingga mendukung upaya membangun kemandirian pengobatan di Indonesia serta mendukung upaya preventif dalam membangun daya tahan tubuh melalui konsumsi OMAI dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Saat Obat Modern Asli Indonesia masuk ke pasar Internasional mesti memiliki kemampuan daya saing terhadap produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Michael Porter (1985) menyebutkan keunggulan kompetitif secara fundamental merupakan nilai yang diciptakan perusahaan untuk konsumen.

Oleh sebab itu, Porter memperkenalkan Value Chain sebagai kerangka berpikir strategis keunggulan kompetitif yang berkaitan dengan efisiensi biaya (cost leadership) dan differensiasi dalam menjalankan bisnis.

Porter menjelaskan sebuah produk melewati Value Chain dalam perjalanannya mencapai konsumen sehingga seluruh aktivitas akan mempengaruhi pembeli dan kegiatan perusahaan itu sendiri dalam menghasilkan sebuah produk. Porter menyebut terdapat aktivitas utama (primary) dalam value chain yaitu  (1) Inbound Logistics, (2) Operation, (3) Outbound Logistics, (4) Marketing and Sales dan (5) Service.

Ketersediaan dan jalur penyediaan bahan baku menjadi langkah pertama dalam value chain. Oleh sebab itu, pengembagan Obat Modern Asli Indonesia harus memastikan ketersediaan pasokan bahan baku. Jahe dan kunyit merupakan bahan baku yang paling utama  dalam industri obat tradisional dan jamu   (Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementan, 2014).

Produksi jahe tahun 2020 mencapai 183,52 ribu ton, namun hasil produksi ini lebih rendah dari produksi jahe pada tahun 2016 yang bisa mencapai 340, 34 ribu ton. Luas panen jahe tahun 2020 sebesar 7,45 ribu hektar, turun sebesar 7,80% (0,63 ribu hektar) dari tahun 2019 (BPS, 2021).

Berdasarkan data BPS, daerah penghasil jahe terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Jawa Timur berkontribusi sebesar 24,57% terhadap produksi nasional dengan produksi mencapai 45,09 ribu ton dan luas panen 2,04 ribu hektar.

Jawa Barat berkontribusi sebesar 19% dengan produksi mencapai 34,91 ribu ton dan luas panen 1,17 ribu hektar.

Jawa Tengah berkontribusi sebesar 17,26% dengan produksi mencapai 31,67 ribu ton dan luas panen 1,63 ribu hektar.

Pengembangan Obat Modern Asli Indonesia  harus selaras dengan peningkatan produksi jahe nasional dan sekaligus mendorong terbentuknya sentra-sentra daerah penghasil jahe, sehingga upaya membangun kemandirian pengobatan di Indonesia  dapat terwujud.

Selain itu sektor industri tanaman obat merupakan bagian dari Industri kreatif, sehingga pelaku UMKM bisa memperoleh nilai tambah royalty atas Hak Cipta terhadap pengembangan penggunaan tanaman obat Indonesia sehingga UMKM ikut sertaberkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Obat Modern Asli Indonesia”