Saat berkunjung ke Singapura tahun 2008, banyak yang merekomendasikan untuk mengunjungi ‘fish spa’. Spa ini bukan spa untuk ikan, tapi merupakan metode pedikur alternatif yang memberi layanan dengan kepada customer untuk memasukkan kaki ke dalam tangki yang berisi ikan dan kemudian ratusan ikan kecil berenang mencari makanan dari kulit mati yang ada di kaki Anda.
Akhirnya, saya memutuskan untuk berkunjung ke spa tersebut dan menyaksikan puluhan orang dengan betis dan kaki mereka di tangki ikan sembari berteriak atau menyeringai lebar. Setelah tiga menit setelah teriakan awal, kebanyakan orang menjadi tenang dan menikmati pengalaman itu. Tiga menit pertama merupakan periode untuk membiasakan diri dengan gigitan ikan.
Saya menilai ‘fish spa’ memberikan sensasi heptic (sentuhan) melalui gigitan ikan yang memberikan sebuah pengalaman baru. Namun, jika konsumen telah terbiasa dengan produk pedikur dengan sensasi yang sama, maka layanan ‘fish spa’ tidak akan semenarik ini (Aradhna Krishna, 2010).
Cerita pengalaman Krishna dengan ‘fish spa’ menggambarkan pendekatan sensory branding tidak cukup hanya sebatas memberikan sensasi pada panca indra, tapi harus merupakan satu kesatuan value yang ‘lengkap’ yang menciptakan pengalaman tak terlupakan kepada konsumen.
Singapore Airlines kerap diangkat menjadi kisah sukses sensory branding. Martin Lindstrom (2005) menyebutkan “The sensory branding of the Singapore Girl reached its zenith by the end of the 1990s, when Singapore Airlines introduced Stefan Floridian Waters.”
Singapore Airlines menciptakan icon “Singapore Girl” yang menggambarkan pramugari dengan kebaya batik yang khas Singapura yang dibuat oleh desainer haute couture Prancis, Pierre Balmain tahun 1968. “Singapore Girl” mewakili citra Brand Singapore Airlines yang “care, graciousness, warmth and efficiency” yang memberikan pengalaman yang berkesan selama dalam penerbangan (Monique Danao, 2018).
Pengalaman terbang bersama Singapore Airlines mencapai puncaknya saat maskapai ini memperkenalkan Stefan Flofidian Waters, aroma unik yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman terbang bersama Singapore Airlines. Stefan Floridian Waters merupakan parfum pramugari, yang juga ditempatkan pada handuk panas, dan kemudian menyebar ke seluruh pesawat Singapore Airlines. Aroma khas dari perpaduan rose, lavender dan citrus memberikan kenangan yang berkesan bersama Singapore Airline. A great way to fly.
Pak Bi menyampaikan membangun Brand itu ibarat masak nasi goreng, harus ada resepnya, ada bahannya dan yang penting tahu cara masaknya.
Bagi pelaku UMKM yang ingin membangun Brand secara benar, Pak Bi telah menyiapkan materi pembelajaran tentang BRAND dan BISNIS berdasarkan pengalaman 50 tahun membangun Brand-Brand di Indonesia, bagi pelaku UMKM antara lain: workshop “Branding, Marketing, Selling”, “Magnet Branding”, “SPowercopywriting”, “Mindhacking Jingle” dan “Brand dan Bisnis”
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.