Categories
Artikel

MEMBANGUN BRAND MELALUI SENSASI DAN PERSEPSI

Perjalanan pemasaran produk berjalan sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan budaya. Pada era tahun 1940-1960 setelah berakhirnya masa Great Depression, orang membeli produk berdasarkan harga dan apa produk yang ditawarkan. Masyarakat hidup hemat dan membeli produk murah sehingga “harga lebih murah menjadi populer”.

Periode ini berakhir, kondisi ekonomi membaik dan kesejahteraan masyarakat mulai meningkat. Tahun 1970-an mulai populer era “barang bermerek”. Sebuah Merek dapat memberikan harga premium sehingga fokus pemasaran bergeser ke menciptakan nama merek. Periode ini banyak uang dihabiskan untuk beriklan dan mengukur ekuitas merek (Aradhna Krishna, 2010).

Pada era kekinian, saat begitu banyak merek dan produk yang mudah diperoleh konsumen, perusahaan mulai melirik ke aspek sensorik produk. Kita bisa mengamati dari berbagai iklan yang mulai menonjolkan sensasi panca indra. Misalnya permen karet  “5 Gum” dengan tagline “Stimulate Your Senses”, ice cream Magnum dengan “Senses Ice Cream” atau iklan Axe Dark Temptation yang menampilkan seorang pria yang terbuat dari cokelat  dengan tagline “Become as Irresistible as Chocolate”  (Aradhna Krishna, 2010).

Menurut Krishna (2010), perubahan ini akan mengubah  mengubah cara produk dibuat dan dijual. Perubahan ini akan menimbulkan serangkaian pertanyaan: bagaimana panca indra kita mempengaruhi produk mana yang kita sukai dan mana yang tidak kita sukai? Apakah produk bisa dirancang lebih sensoris dibanding produk pesaing sehingga produk tersebut lebih menonjol dari yang lain? Dapatkah sifat sensorik sebuah produk ditingkatkan agar lebih mudah diingat?

Krishna menyebut pendekatan ini dengan istilah sensory marketing”. Sebuah metode pemasaran yang melibatkan indra konsumen yang akan mempengaruhi perilaku konsumen. Pendekatan sensory marketing menggunakan sensasi produk (yaitu, sentuhan, rasa, bau, suara, dan tampilan produk) mempengaruhi emosi, ingatan, persepsi, preferensi, pilihan, dan konsumsi kita terhadap produk tersebut.

Kalau Krishna menyebutkan penggunaan panca indra sebagai pendekatan ‘marketing’, Pak Bi menyebutkan sebagai cara aktivasi brand melalui panca indera dengan mencontohkan pengalaman makan di sebuah resto jepang.

Bagi pelaku UMKM yang ingin mengaktivasi Brand melalui panca indra, Pak Bi telah menyiapkan materi pembelajaran tentang BRAND dan BISNIS berdasarkan pengalaman 50 tahun membangun Brand-Brand di Indonesia, bagi pelaku UMKM  antara lain: workshop “Magnet Branding”,  “SPowercopywriting”  dan “Mindhacking Jingle”

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.