Mana yang duluan dilakukan “Selling atau Branding ?”, ini pertanyaan umum yang ditanyakan pelaku UMKM. Pertanyaan ini kerap muncul karena pelaku UMKM beranggapan Branding membutuhkan biaya yang besar, namun manfaatnya tidak terlihat nyata dalam peningkatan nilai penjualan.
Padahal manfaat Branding bisa dilihat dari dua sisi, dari perspektif konsumen dan pemilik usaha. Rohit Deshpande & Anat Keinan dalam tulisannya “Brands and Brand Equity (2014)” menyebutkan dari perspektif konsumen, Brand memudahkan konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli dan memberikan keyakinan terhadap kualitas produk. Sedangkan dari perspektif pelaku usaha, Brand memberikan harga dan margin yang lebih tinggi dan memberikan keunggulan kompetitif.
Keller (1993) memperkenalkan konsep Brand Equity yang menegaskan bahwa konsumen yang ‘aktif’ menciptakan sebuah Brand dalam ingatan (pikiran) mereka berupa Brand Awareness dan Brand Image. Lebih lanjut Aaker (1991) mengungkapkan Brand Equity memiliki empat komponen, yakni perceived quality, brand loyalty, brand awareness, and brand associations.
Brand yang kuat akan menciptakan loyalitas yang tertanam dan mengakar secara sosial menjadi sebuah brand commitment (Jacoby dan Chestnut 1978; Keller 1998), dan bahkan loyalitas yang berlebihan (McAlexander dan Schouten 1998) yang membentuk Brand Community. Gruen dan Ferguson (1994) menyebut Brand Community merupakan “active loyalists” yang memiliki brand commitment yang bersemangat. Dalam Community Brand, Brand merupakan titik temu interaksi sosial di antara konsumen yang bersemangat. Konsumen menggunakan komunitas untuk berbagi pengalaman dan berbagi cerita tentang Brand (Heding, Knudtzen and Bjerre, 2020).
Kajian yang dilakukan Albert Muniz dan Thomas Guinn (2001) menemukan tiga ciri komunitas yang juga ditemukan dalam Brand Community, yaitu: shared consciousness, rituals and traditions, dan a sense of moral responsibility.
Hal inilah yang kerap disampaikan Pak Bi, bagi pelaku UMKM yang ingin membangun Brand sebaiknya bermula dari memahami ritual dan tradisi konsumen sehingga Brand yang dihasilkan begitu dekat dan akrab dengan konsumen sehingga dengan mudah membentuk Brand Community.

Brand Community selain menciptakan pelanggan bagi produk UMKM, juga akan menghasilkan “Tribes Evangelist” yang akan membela produk-produk UMKM.
Bagi pelaku UMKM yang ingin menciptakan ritual bagi konsumen dan membentuk “Brand Evangelist”, Pak Bi telah menyiapkan materi pembelajaran tentang BRAND dan BISNIS berdasarkan pengalaman 50 tahun membangun Brand-Brand di Indonesia, bagi pelaku UMKM antara lain: workshop “Branding, Marketing, Selling”, “Magnet Branding”, “Cross Branding” dan “SPower Copywriting”
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.