Kewirausahaan dan inovasi merupakan jalan untuk memecahkan tantangan global abad ke-21, mendorong pembangunan berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pertumbuhan ekonomi baru dan memajukan kesejahteraan manusia (World Economic Forum, 2009). Inovasi menjadi keunggulan kompetitif bagi pelaku usaha, namun bagi sebagian besar pelaku UKM hal ini menjadi tantangan karena pelaku UKM memiliki keterbatasan pada sumber daya (SDM, teknologi dan pendanaan) untuk mengembangkan inovasi melalui research & development (R&D).
Meskipun UKM memiliki keterbatasan dari sisi sumber daya, menurut Henry Chesbrough (2010) UKM dapat mengembangkan inovasi dengan mengadopsi pendekatan open innovation. Open innovation merupakan manajemen research dan development yang memadukan pengetahuan yang berasal dari internal (dari dalam perusahaan) maupun eksternal (dari luar perusahaan) untuk menciptakan inovasi yang menghasilkan produk baru ataupun pasar baru. Pengetahuan eksternal bisa berasal dari pelanggan, pemasok, pesaing, universitas, dll.
Henry Chesbrough (2010) menyebutkan memang ada keuntungan dan kerugian menerapkan open innovation pada UKM, sehingga Chesbrough memberikan tools berupa matriks untuk memetakan posisi UMK “apakah memilih open innovation atau closed innovation.” Matriks ini terdiri dari dua dimensi, yaitu (1) skala R&D dan (2) ukuran peluang pasar. Skala R&D berupa skala pengembangan teknologi yang dibutuhkan dalam suatu industri. Beberapa industri memiliki skala ekonomi yang cukup besar, seperti manufaktur semikonduktor, pengembangan farmasi dan ritel pasar massal. Skala peluang pasar, menitikberatkan pada ‘life cylce’ sebuah produk yang sangat bergantung pada trend perkembagan teknologi dan perubahan perilaku konsumen.

Dari matriks yang dikembangkan Chesbrough (2010), pelaku UKM dapat memilih arena bisnis yang akan digeluti sehingga memperoleh keunggulan kompetitif.
Namun, keterbatasan SDM sering kali pemilik usaha bingung mau memulai dari mana untuk memilih value yang relevan dengan bisnis yang sedang dijalankan.
Oleh sebab itu, Pak Bi mendirikan Rumah UKM dan BukanAkademi (partner Rumah UKM dibidang Edukasi) tahun 2014 sebagai sarana memperkuat pelaku UMKM sehingga memiliki daya saing dengan memperkuat pengetahuan dan ketrampilan pelaku UMKM tentang “Bisnis dan Brand” karena Brand membuat produk menjadi berbeda dengan produk pesaing karena memiliki Value sekaligus menciptakan Bisnis yang berkelanjutan.
Berbagai workshop yang diselenggarakan Rumah UKM dan BukanAkademi untuk memperkuat pelaku UMK, dan salah satunya Workshop “Brand Distruption” yang akan diselenggarakan tanggal 16-19 Februari 2022. Bagi yang berminat segera mendaftar ke biolink IG @subiakto atau langsung ke https://branddisruption.id
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Turunan Rempah Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.