Categories
Artikel

MODEST FASHION : BERAGAM WARNA, BERANEKA CORAK

“State of the Global Islamic Economy Report” tahun 2019-2020 menyebutkan masyarakat Muslim berbelanja untuk pakaian dan alas kaki berkisar $ 283 miliar pada tahun 2018 dan diproyeksikan akan tumbuh menjadi $ 402 miliar pada tahun 2024. Belanja untuk pakaian ini meningkat 4,8% dari $ 270 miliar menjadi $ 283 miliar pada tahun 2018. Laporan ini juga menyebutkan Turki, UEA dan Indonesia merupakan tiga negara teratas berdasarkan pembelanjaan di sektor fashion.

Peningkatan belanja modest fashion di Indonesia berhubungan kuat dengan adanya Revolusi Hijab 2.0 seperti yang ditulis Yuswohady dkk (2017) dalam “Gen M: Generation Muslim”.  Revolusi Hijab yang didorong dengan kehadiran Muslim Fashion Designer seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, Lulu Elhasbu, dll mengubah hijab yang diasosiasikan sebagai busana kampungan dan identic ibu-ibu pengajian menjadi modern, stylish dan colorful.

Perubahan asosiasi terhadap hijab ini membuat hijab tidak lagi sekedar bentuk kepatuhan terhadap ajaran Islam tetapi telah berubah menjadi ekspresi gaya hidup untuk menunjukkan identitas dan status sosial. Oleh sebab itu, beragam gaya berhijab untuk menunjukkan identitas dan status sosial penggunanya. Yuswohady dkk (2017) menyebutkan busana muslim yang didesain Dian Pelangi lebih colorful yang cocok bagi kalangan atas yang ingin tampil ngejreng. Beda dengan hijab Alila ala Felix Siaw tampil lebih sederhana, single color dan lebih lebar sehingga menutup seluruh bagian tubuh perempuan, yang dikenal dengan sebutan hijab syar’i.

Hijab tidak hanya berkaitan dengan warna tapi juga corak yang beragam. Misalnya corak  BULU MERAK yang jndah yang merupakan burung kebanggaan warga Ponorogo yang selalu hadir pada kesenian Reog. Bu Dwita Soewarno menyampaikan penggunaan jilbab sebagai media yang menceritakan Reog akan menjadi Komunal Brand Ponorogo. Inilah yang dilakukan Hijab Latona dengan mengangkat cerita Reog dalam 7 series Hijab Adeline Latona yang luar biasa.

Yuswohady dkk (2017) menjelaskan bahwa kesuksesan revolusi hijab di Indonesia karena adanya perkembangan budaya pop Islam sebuah bentuk hibridis Islam dan budaya pop yang membentuk genre baru di Indonesia.

Pak Bi menyampaikan bagi pelaku UMKM yang ingin Produk mereka memiliki keunikan, sebaiknya berbasis DNA, baik yang berkategori Tradisi maupun kategori Pop-Art. Atau paduan keduanya seperti yang dilakukan Hijab Adeline Latona

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Modest Fashion Khas Indonesia yang Beragam Warna Beraneka Corak”