Categories
Artikel

MENCIPTAKAN NEW MARKET CATEGORY

Istilah distruption telah populer di kalangan pelaku usaha. Namun, pada prateknya pelaku usaha kerap kesulitan untuk membedakan antara perubahan yang disruptive dengan perubahan yang improvement. Atau, kapan kita bisa menyatakan sesuatu inovasi sebagai disruptive innovation.

Fuchs dan Golenhofen (2019) menyebutkan disruptive innovation merupakan inovasi yang membuat sesuatu yang lama menjadi usang. Perubahan yang benar-benar mengubah permainan dan menciptakan sesuatu yang baru.

Larry Page menanamkan pola pikir “10 better rather than 10% better” ke dalam DNA Google dengan tujuan memacu inovasi radikal di Google (Schulz, 2017). Konsep Google dengan “10 better than the original product”  untuk mengingatkan inovasi yang hanya memperbaiki kekurangan yang ada saat ini tidak cukup radikal untuk mengubah permainan. “Changing the world radically often requires radical innovation” (Fuchs dan Golenhofen, 2019)

Fuchs dan Golenhofen (2019) memperluas Theory of Disruptive Innovation yang dikemukakan  Christensen & Bower (1995) untuk mengenali jenis disruptive innovation sejak dini dengan mengembangkan istilah disruptive innovation with the same DNA (Disrupsi Inovasi pada DNA yang Sama) dan disruptive innovation with different DNA (Disrupsi Inovasi pada DNA yang Berbeda).

Disrupsi Inovasi pada DNA yang sama merupakan inovasi secara radikal pada produk “asli” menghasilkan “lebih baik” (sekitar 10 kali lebih baik). Istilah “DNA yang sama” untuk menjelaskan inovasi tersebut memberi pengaruh disruptive di kategori produk atau segmen pasar yang sama dengan konsep aslinya.  Sedangkan disrupsi inovasi pada DNA yang berbeda merupakan  inovasi yang menghasilkan produk, layanan, pengalaman, atau konsep yang sama sekali berbeda dengan produk yang sudah ada di pasar saat ini.

Fuchs dan Golenhofen (2019) membuat ilustrasi inovasi pada mobil untuk mempermudah penjelasan konsep disrupsi inovasi pada DNA yang sama dan disrupsi inovasi pada DNA yang berbeda. Masalah saat ini penggunaan konsumsi bahan bakar terlalu tinggi sehingga perlu ada inovasi yang mengurangi penggunaan bahan bakar. Inovasi yang mampu mengurangi konsumsi bahan bakar dari 8 l/100 km menjadi 0,5 l/100 km merupakan disruptive innovation  dengan DNA yang sama karena  jauh lebih baik dari poduk aslinya, namun tetap menghasilkan dengan teknologi yang sama (penerapan mesin pembakaran bahan bakar tradisional dalam konsep mobil). Sedangkan inovasi untuk mengembangkan mobil listrik merupakan disruptive innovation  dengan DNA yang berbeda karena menciptakan teknologi dan konsep berbeda dan baru dari konsep mesin pembakaran bahan bakar tradisional.

Konsep disrupsi inovasi berdasarkan DNA  yang dikemukakan Fuchs dan Golenhofen (2019), sejalan dengan yang diajarkan Pak Bi di kelas Workshop Magnet Branding saat membahas langkah “Market Category & Competitor”. Pak Bi menyampaian untuk menjadi berbeda, kita menambahkan kata YANG pada produk kita dengan value yang relevan dengan produk dan konsumen. Kalau add value yang ditambahan berupa feature ataupun benefit, berarti kita masih berada pada PRODUCT CATEGORY, belum benar-benar berbeda dengan produk pesaing. Kalau Produk kita ingin menjadi berbeda dan satu-satunya, add value harus berupa customer value sehingga menghasilkan NEW MARKET CATEGORY.

Bagi pelaku UKM yang ingin belajar menciptakan NEW MARKET CATEGORY, bisa belajar di Workshop “Brand Distruption” yang akan diselenggarakan tanggal 16-19 Februari 2022. Bagi yang berminat segera mendaftar ke biolink IG @subiakto atau langsung ke https://branddisruption.id

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi di  untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.