Gerakan dinamis tiap-tiap pelaku usaha yang mengedepankan keunggulan kompetitif menciptakan ‘hypercompetition’ (D’Aveni, 1994). Persaingan harga, kualitas, positioning serta inovasi menciptakan kondisi ketidakseimbangan yang membuat siklus hidup produk semakin pendek dan mengganggu para pelaku usaha yang telah mapan. Persaingan bukan hanya berkaitan erat dengan sesama pelaku usaha dan perusahaan, tapi juga perubahan perilaku konsumen. Kebiasaan dan perilaku konsumen memberikan pengaruh yang besar terhadap keberlanjutan produk dan bisnis yang ada.
Obrolan singkat antara Baek Yi-jin’ reporter devisi olahraga dari UBS dan Shin Jae-kyung pembawa berita senior UBS dalam serial drama Twenty-Five Twenty-One menggambarkan bagaimana melihat pesaing dalam konteks yang lebih luas
“Apa aku boleh bertanya, apa impianmu?”, tanya Baek Yi-jin kepada Shin Jae-kyung
“Aku ingin program berita yang kubawakan menarik”
“Maksudmu, ingin jadi lebih menarik dari berita LBS dan KBY?”, tanya Baek Yi-ji
“Bukan begitu. Sainganku bukan LBS dan KBY.”
“Namun,orang-orang yang tidak menonton beritaku karena mereka menonton film, menonton drama, membaca buku, bermain internet, minum sambil berpesta dan mengobrol.”
“Ku harap mereka menghentikan apa yang mereka lakukan dan beralih menonton beritaku”
Impian Shin Jae-kyung sejalan dengan pandangan Holt (2003) yang menyebutkan Brand bersaing dengan produk budaya populer lainnya (film, buku, musik, televisi, olahraga, video game). Lebih lanjut Jean-Marie Dru (2007) menyampaikan tekanan persaingan global semakin kuat, siklus produk semakin pendek serta turbulensi terjadi terus-menerus, maka kita tidak lagi bicara tentang “share of market” tapi “share of future”. Brand harus mampu berubah. In such an unstable context, brands must evolve permanently to stay relevant (Jean-Marie Dru, 2007).
Pak Bi menekankan untuk memenangkan persaingan dengan melakukan “Brand Disrupsi” sebuah langkah strategis “membuat pesaing tidak relevan di benak konsumen”. Pak Bi menyampaikan ada 6 hal yang harus diperhatikan untuk melakukan “Brand Disrupsi” yaitu BIG IDEA, UNIQUE, NEW CATEGORY, NEW RULES, BARRIER TO ENTRY DAN TIPPING POINT (lengkapnya disampaikan pada workshop Brand Distruption).
Bagi pelaku usaha yang tertarik membangun Disruptive Brand, silahkan untuk mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption”
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.