Categories
Artikel

LINGKARAN DISRUPSI

Kata disrupsi semakin sering dipergunakan seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang membawa kita memasuki era Age of Networked Intelligence, dimana informasi berubah menjadi bentuk bit-bit digital yang tersimpan dalam komputer dan dengan mudah dibagikan melalui jaringan dengan kecepatan cahaya. Era ini membuat produk menjadi digital, pasar menjadi elektronik dan menciptakan turbulensi pada sektor industri (Don Tapscott, 1995).

Kemajuan teknologi informasi tidak terlepas dari pemikiran Schumpeter (1939) yang menyatakan perkembangan ekonomi merupakan proses siklis dan setiap gangguan (distruption) pada siklis akan membawa perkembangan sehingga fluktuasi pada perekonomian bukanlah penghalang pertumbuhan ekonomi namun merupakan proses alamiah kemajuan perekonomian. Oleh sebab itu, Schumpeter (1942) memperkenalkan konsep “creative destruction” sebuah proses evolusi tanpa henti terhadap pada struktur ekonomi karena adanya inovasi pada sektor industri dan perdagangan. “Creative destruction” akan menghancurkan produk, perusahaan ataupun model bisnis yang telah ada dan menciptakan produk, perusahaan ataupun model bisnis yang baru.

Kemudian Christensen & Bower (1995) memperkenalkan istilah disruptive innovation yang menjelaskan inovasi teknologi yang dilakukan perusahaan baru (entrant) dapat mengalahkan perusahaan yang mapan. Christensen juga memperkenalkan istilah disruptive technology yang berupa inovasi yang mengubah aturan main (game changer) dengan menciptakan “customer value” melalui teknologi baru dengan menargetkan segmen pelanggan “low end” atau niche market.  Produk disruptive technology biasanya lebih murah, lebih sederhana, lebih kecil dan, seringkali, lebih nyaman digunakan (Christensen, 2016).

Lebih lanjut, Jean-Marie Dru menyatakan disrupsi tidak sebatas pada penggunaan teknologi  pada pengembangan produk dan layanan. Jean-Marie Dru (2007) menyebutkan ada empat jenis disrupsi, yaitu disrupsi model bisnis, disrupsi produk & layanan, disrupsi pemasaran dan disrupsi periklanan.

Lingkaran pertama, menggambarkan perusahaan yang telah menemukan model bisnis yang berbeda (Ikea dan Amazon), lingkaran kedua, merupakan perusahaan yang secara konsisten mengembangkan  produk revolusioner (Apple), lingkaran ketiga menggambarkan perusahaan yang mengembangkan pendekatan pemasaran yang unik kepada konsumen (The Body Shop ) dan lingkaran keempat, perusahaan yang dapat menciptakan disrupsi melalui komunikasi (Tag Heuer dan Nextel) (ru, 2007).

Tag Heuer sebuah merek jam tangan olahraga yang kurang dikenal pada tahun 1980-an telah menjadi merek mewah yang terkenal dan mengalami kenaikan harga rata-rata jam tangan Tag Heuer ari $600 menjadi $1.500 dalam waktu tiga tahun. Hal ini karena pendekatan komunikasi iklan yang menaikkan status merek Tag Heuer yang menekankan pada jam untuk para atlet  olahraga, mencerminkan “kekuatan mental” (Jean-Marie Dru, 2007).

Senada dengan Jean-Marie Dru, Pak Bi menyampaikan “membangun persepsi di benak konsumen” merupakan langkah awal dari Brand Disrupsi. Contohnya pengalaman Pak Bi saat melakukan Branding Indomie tahun 1995. Saat itu Indomie telah memiliki tagline “Seleraku” dan jingle “Dari Sabang Sampai Merauke karya Kelik Riyanto”. Langkah Branding yang dilakukan dengan memperkuat Core Value Indomie, yakni “INDONESIANA”. Berdasarkan core value inilah dirancang menu asli Indonesia dengan nama “Indomie Nusantara” yang melahirkan varian Indomie cita rasa Soto dari Sabang hingga Merauke.

Begitu pentingnya mengkomunikasikan value dari sebuah produk, maka Pak Bi menyelenggarakan workshop “SPowercopywriting” dan “Mindhacking Jingle” untuk melengkapi serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption” bagi pelaku usaha yang berminat membangun bisnis yang sustainable dan profitable.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made inJean-Marie D Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.