Kok bisa ya, kopi kenangan menjadi menjadi startup unicorn di bidang makanan dan minuman (F&B) pertama di Asia Tenggara dengan nilai valuasi menembus US$1 miliar. Atau Chatime yang menjual “pearl” milk tea menjadi kedai teh waralaba terbesar di dunia dengan 2500 outlet di 38 negara. Padahal produk yang dijual kopi dan teh yang semua orang bisa membuat produk sejenis.
Geoffry Moore (1991) menyebutkan setiap produk inovasi biasanya bermula dari sebuah tren meski value-nya belum diketahui secara jelas, tetapi memiliki ‘fitur yang hebat’ yang menciptakan antusiasme ‘crowd’ (kerumunan) early adopter. Kemudian, saat value proposition ditemukan dan harga produk inovasi yang ditawarkan wajar, maka terbentuk pasar mainstream untuk produk inovasi (Moore, 2014).
Penerimaan masyarakat terhadap produk inovasi menyebar dengan tingkat penerimaan yang berbeda yang penyebarannya mengikuti pola kurva norma dengan kategori: (1) innovators, (2) early adopters, (3) early majority, (4) late majority, dan (5) laggards (Rogers, 2003). Penggolongan tipe ideal ini berdasarkan hasil pengamatan secara empiris (Rogers, 2003). Namun menurut Moore (2014) penyebaran antar kategori tidak berjalan secara berkesinambungan tapi mengalami discontinue (terputus). Celah ini merupakan Chasm (jurang) yang memisahkan antara produk inovasi yang sukses dan yang gagal. Produk inovasi yang gagal biasanya berhenti pada early adopters dan tidak berhasil ‘melompat’ ke early majority.
Transisi antara early adopters ke early majority tidak berjalan lancar karena adanya perbedaan motivasi dalam menggunakan produk inovasi. Early adopters membeli dan menggunakan produk inovasi untuk menjadi yang pertama (Rogers, 2003) atau agent of change (Moore, 2014). Sedangkan early majority membeli dan menggunakan produk inovasi setelah terbukti berhasil (Moore, 2014; Rogers 2003). Early majority membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding innovators dan early adopters, karena berpikiran: “Be not the first by which the new is tried, nor the last to lay the old aside (Rogers, 2014).” Meski relatif terlambat dalam mengadopsi produk inovasi, early majority menjadi mata rantai penting dalam proses difusi inovasi karena menjadi penghubung ke dalam jaringan interpersonal sistem komunitas (masyarakat) dan memiliki jumlah yang relatif besar mencapai sepertiga dari total jumlah komunitas (Rogers, 2014)

Pak Bi pada sesi “Adoption Category” di Workshop Magnet Branding menjelaskan “kata kunci” untuk memanfaatkan motivasi konsumen pada tiap-tiap segmen “adopsi inovasi” sehingga transisi antar kategori dapat berjalan dengan lancar. Bagi yang berminat memperdalam Ilmu Branding bisa belajar di Workshop “Brand Distruption” yang akan diselenggarakan tanggal 16-19 Februari 2022. Bagi yang berminat segera mendaftar ke biolink IG @subiakto atau langsung ke https://branddisruption.id
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.