Categories
Artikel

INFLUENCER CANVAS

Influencer Marketing bukanlah sesuatu hal yang baru apalagi revolusioner. Kekuatan pengaruh word of mouth dan influencer marketing telah ada sejak manusia purba yang biasa memberikan rekomendasi kepada teman terdekat. Namun, perkembangan word of mouth dan influencer marketing semakin memiliki pengaruh kuat berkat adanya internet karena dapat menyebarkan pesan dan membangun pengaruh dengan kecepatan yang tinggi dengan jangkauan yang luas yang belum pernah dialami sebelumnya. Disamping itu, saat ini konsumen memiliki ketidakpercayaan yang semakin besar terhadap merek dan juga bosan dengan metode pemasaran tradisional “interruption marketing“ sehingga sebagian besar konsumen mengunduh perangkat lunak pemblokiran iklan (Backaler, 2018). Oleh sebab itu, kehadiran influencer menjadi solusi untuk memasarkan produk dan membangun Brand.

Namun, pada prakteknya sebagian besar orang enggan disebut sebagai influencer tapi lebih suka menggunakan istilah content creator, talent, KOL, YouTuber, atau blogger (Backaler, 2018). Memang secara umum influencer memiliki jumlah follower ataupun subcriber yang besar, namun jumlah bukan menjadi ukuran menjadi seorang influencer.  Menurut Backaler (2018) faktor penting seorang influencer memenuhi kriteria  “influencer ABCC’s” (Authenticity, Brand Fit, Community, Content).

Authencity menunjukkan influencer memiliki hubungan yang autentik dan dipercaya  komunitas. Biasanya influencer menjadi pusat informasi yang membagikan ide dan pengetahuan berkaitan dengan topik tertentu sehingga menarik perhatian audiens dan bersedia untuk menjadi follower ataupun subcriber. Oleh sebab itu, saat seorang influencer akan berkolaborasi dengan produk brand, maka antara personal Brand influencer harus sesuai (fit) dengan Produk Brand yang akan menjadi mitranya. Seperti yang dikemukakan Taryn Southern, “seorang influencer memiliki Brand mereka sendiri, sehingga saat sebuah Brand berkolaborasi dengan influencer, maka pada dasarnya ada dua Brand yang  yang bekerja sama dengan kemungkinan memiliki nilai yang  berbeda dan terkadang bisa membuat segalanya berantakan.” 

Praktisi pemasaran influencer  merujuk tiga faktor untuk mengukur komunitas influencer, yakni Reach, Relevance, and Resonance (Backaler, 2018). Reach merujuk pada ukuran jumlah audiens yang dimiliki influencer di semua platform media sosial, antara lain followers, subscribers, traffic, dll. Resonance merupakan ukuran interaksi dan keterlibatan audien dalam merespon konten yang dibuat influencer, antara lain shares, likes, views, comments, retweets, dll. Resonance menjadi ukuran yang sangat penting karena mencerminkan komunitas influencer bukan sekedar angka semata.  “if a tweet is sent to 100,000 followers and nobody retweets it, did the tweet have any resonance at all”? (Backaler, 2018). Yang terakhir, relevance merupakan ukuran yang memastikan  konten yang dihasilkan influencer selaras dengan topik yang menarik bagi komunitas influencer. Dari perspektif Brand, relevansi menujukkan seberapa dekat influencer dengan komunitasnya (Backaler, 2018).

Menurut Backaler (2018), content menjadi nilai tambah bagi influencer dalam membangun hubungan dengan komunitas mereka.  Media sosial menjadi saluran influencer untuk membagikan konten mereka dengan cara yang paling nyaman bagi mereka (tidak semua orang mampu menggunakan kamera dan membuat video, sebaliknya tidak semua orang mampu menulis dengan story telling). Selain itu, media sosial  membantu influencer mendorong keterlibatan dua arah dengan audiens yang memperkuat pengaruh mereka dan memperbesar jumlah komunitas dari waktu ke waktu (Backaler, 2018).

Pak Bi dalam Workshop “Branding Marketing Selling”, mengingatkan saat pelaku usaha berencana menggunakan influencer untuk mempromosikan produk Brand mereka, maka pelaku usaha harus memastikan influencer mampu meningkatkan TRUST pada produk Brand tersebut. Oleh sebab itu, pak Bi memperkenalkan “influencer canvas” yang dikembangkan pak Bi di tahun 1976 dan ternyata masih relevan sampai saat ini. “Influencer canvas” terdiri dari dua kuadran, yakni PERSON dan PERAN. Pada kuadran PERSON terdiri dari tiga jenis, yaitu teman, expert dan celebrity, sedangkan pada kuadran PERAN terdiri dari tiga jenis, yaitu influencer, endorser dan testimoni

Bagi pelaku usaha yang tertarik menggunakan“influencer canvas” untuk menyusun strategi branding dan marketing silahkan untuk mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption”

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.