Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan rempah-rempah secara tradisional sebagai bumbu penyedap, bahan aditif makanan, pengawet makanan dan obat-obatan tradisional. Rempah-rempah banyak mengandung senyawa bioaktif seperti , eugenol, cineole, cinnamaldehyde, limonene, geraniols, limonene, cuminaldehyde, menthol, thymol, citral, terpineol, vanillin, yang berpotensi menjadi bahan baku obat-obatan.
Penggunaan nanoteknologi memiliki pengaruh yang kuat untuk menghambat aktivitas antimikroba terhadap bakteri, jamur dan virus. Nanoemulsi berbasis rempah-rempah dapat menjadi agen antimikroba yang kuat. Perkembangan pemanfaatan nanoteknologi pada rempah-rempah membantu riset untuk menemukan ukuran yang paling tepat berkaitan dengan kemanjuran penggunaan obat (Half-maximal inhibitory concentration/IC50),
Pemerintah telah menetapkan 11 Desember menjadi Hari Rempah Nasional, sebagai even “Membangkitkan Kembali Kejayaan Rempah Nusantara” yang akan memaksimalkan pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia, dan berbagai ramuan pengobatan yang menjadi tradisi budaya di Indonesia menjadi Obat Herbal Terstandard dan Fitofarmaka sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku obat kimia sintetis.
Sektor Industri Tanaman Obat merupakan bagian dari Industri kreatif, sehingga pelaku UMKM bisa memperoleh nilai tambah royalty atas Hak Cipta terhadap pengembangan penggunaan tanaman obat Indonesia sehingga pelaku UMKM Indonesia bisa memiliki daya saing di pasar global
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Obat Modern Asli Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silahkan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.