Isu Resesi mulai menjadi pembicaraan semenjak Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi minus 5,32% (year on year).

Ada yang memandang dari sudut pandang optimis bahwa resesi merupakan peluang, sedangkan ada yang memandang dari sudut pesimis bahwa resesi merupakan bencana.
Bagaimana kita menyikapi situasi resesi akibat pandemi covid 19 ini ? Dalam Alquran Surah Yusuf Ayat 46-49 , sebagai berikut:
Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya”.
Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur”.
Surah Yusuf ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam kehidupan ini terutama dalam menjalankan usaha ada siklus tujuh tahunan, tujuh tahun masa ekspasi, tujuh tahun masa krisis, dan kembali ke masa ekspansi dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Kondisi sejalan dengan teori ekonomi, bahwa kegiatan ekonomi memiliki siklus, yaitu ‘perekonomian perkembangan yang sangat pesat (ekspansi) dan perekonomian mengalami perkembangan yang melambat (kontraksi)’ dan kembali pulih menuju tahap ekspansi
Semangat optimisme ini yang disampaikan Sandiaga Uno yang hadir pada Event “Indonesia Spicing the World” pada tanggal 24 Agustus 2019 di Gedung Smesco, Jakarta dan juga Event “1 Tahun Indonesia Spicing in The World”, bagaimana pun kondisi perekonomian Indonesia semangat kerja 4AS : Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas dan Kerja Ikhlas menjadi solusi yang relevan bagi pelaku usaha.

Prinsip dasar 4AS yang disampaikan Sandiaga Uno, yang paling penting dan relevan untuk menghadapi krisis adalah “Prinsip Ikhlas atas nama Allah SWT” seperti yang diingatkan Pak Bi.

Qalami (2003) menyebutkan Ikhlas, berakar dari kata Kholasho yang berarti “Murni, Bersih”. Makna Ikhlas berhubungan erat dengan Niat yang Bersih dalam menjalani rutinitas kehidupan, hanya demi mencari kedekatan kepada Allah.
Lu’luatul Chizanah (2011) menyebutkan penerapannya Ikhlas pada konteks sosial melalui perilaku menolong atau prososial.
Perilaku saling tolong menolong menjadi spirit yang penting untuk menggerakkan perekonomian Indonesia untuk segera pulih akibat pandemi Covid 19
Oleh sebab itu, Pak bi berpandangan ini momen “Indonesia Spicing The World” menjadi Gerakan kecil pelaku UMKM mencegah resesi menerpa Indonesia.
Langkah kecil yang bisa dilakukan dengan menggerakkan kembali “Demand” masyarakat dengan “Membeli Produk Yang Terdekat” dengan sekitar kita.
Berbelanja dengan orang yang terdekat dengan kita (keluarga teman, tetangga) maka akan membentuk gerakan ekonomi di sekeliling kita yang akan menggerakkan perekonomian secara agregat.
Inilah momen bagi KONSUMEN menjadi Pahlawan Ekonomi Indonesia untuk menyelamatkan Indonesia dari Resesi Ekonomi dengan mulai membeli produk yang terdekat dengan kita untuk menggerakkan perekonomian Indonesia