Selama beberapa dekade, perusahaan menciptakan Brand sebagai sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan konsumen dan pelanggan. Berbagai upaya dilakukan untuk membangun Brand antara lain menciptakan identitas, membangun citra (image), positioning dan differentiation yang ditawarkan ke segmen dan individu tertentu. Namun, saat ini konsumen saling terhubung dan terinformasi serta ‘mengganggu’ model manajemen Brand yang terpusat pada perusahaan (Hagel dan Singer, 1999; Sawhney dan Kotler , 2001 Pitt et al., 2002). Kondisi ini mendorong perusahan harus mulai mendengarkan dan berpartisipasi dalam percakapan konsumen dan pelanggan. Disamping itu, manajemen Brand mulai menyiapkan diri untuk melepas gagasan tradisional tentang kepemilikan, perlindungan dan kontrol atas Brand (Lawer, 2006).
Perkembangan teknologi membuat konsumen memperoleh informasi yang lebih rinci tentang brand, produk, dan layanan yang membantu mereka membuat pilihan cerdas dan lebih personal yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri dan mereka lebih mudah menolak klaim atau pernyataan perusahaan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri (Lawer, 2006).
Lebih jauh, kehadiran trend menggunakan media sosial melahirkan “komunitas konsumen” yang merupakan kumpulan konsumen yang memiliki minat, kebutuhan dan pengalaman yang sama dan kemudian saling berbagi ide dan pengetahuan bahkan kadang bereksperimen mengembangkan produk bersama (Lawer, 2006).
Lebih lanjut, Heding, Knudtzen & Bjerre (2020) menyebutnya sebagai Community Brand yang menempatkan brand sebagai titik yang menyatukan konsumen yang antusias dam membentuk komunitas untuk berbagi pengalaman dan berbagi cerita tentang Brand.
Brand yang kuat akan menciptakan loyalitas yang tertanam dan mengakar secara sosial menjadi sebuah brand commitment (Jacoby dan Chestnut 1978; Keller 1998), dan bahkan loyalitas yang berlebihan (McAlexander dan Schouten 1998).
Hal ini sejalan dengan materi yang disampaikan Pak Bi di workshop “Branding, Marketing Selling”, perkembangan terkini membuat pelaku usaha tidak bisa berhenti sampai menciptakan pelanggan setia tapi harus mampu menciptakan tribes pelanggan dan mengubah pelanggan menjadi promoter.

Bagi pelaku usaha yang tertarik mengubah “pelanggan menjadi promotor’ silahkan untuk mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption”
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.