Usaha kecil dan menengah (UKM) berkontribusi secara signifikan terhadap produk domestik bruto suatu negara, penciptaan lapangan kerja nasional, dan kinerja ekspor (Culkin & Smith, 2000). Hal ini juga terjadi di Indonesia, UKM berkontribusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan sebesar 116,97 juta orang, membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07%, dan menciptakan modal tetap/investasi sebesar 60,42%. (Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM 2020-2024).
Selain itu, UKM memiliki keunggulan karena fleksibel dan inovatif sehingga membuat mereka lebih adaptif untuk melayani ‘niche market’ dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggan (Goldberg, Coben, & Fiegenbaum, 2003). Namun, persaingan ekonomi semakin hari semakin ketat yang menuntut UKM harus memiliki keunggulan kompetitif, salah satunya melalui Branding. Cuma sayangnya, Branding masih merupakan hal yang baru bagi UKM sehingga mereka sulit menerapkan Branding pada praktek bisnis mereka.
Oleh sebab itu, Franc Vidic dan Jaka Vadnjal (2013) melakukan studi untuk mengeksplorasi strategi dan aktivitasi branding di kalangan UKM. Hasil studi Vidic dan Vadnjal mengelompokkan UKM berdasarkan kerangka strategi keunggulan kompetitif generik Porter, yakni: (1) fase awal siklus hidup bisnis, UKM belum menunjukkan kesadaran terhadap Brand; (2) fase pertumbuhan awal, UKM mulai melakukan beberapa aktivitas terkait Brand (misalnya membuat logo, mendesain kemasan); (3) fase kebutuhan terhadap orientasi strategis, UKM mempertimbangkan untuk menerapkan strategi low cost; atau menerapkan strategi diferensiasi untuk menciptakan Brand yang kuat.
Berdasarkan pemahaman Branding dan pilihan orientasi strategis, maka Vidic dan Vadnjal mengelompokkan UKM menjadi empat kategori, yakni: (1) ignorant (2) users, (3) low-cost producers dan (4) differentiation producers.
Ignorant merupakan tipe UKM yang hanya melayani pasar lokal tanpa adanya ambisi untuk melakukan pertumbuhan terhadap bisnis mereka. Users merupakan UKM yang tidak menyadari potensi Branding terhadap pertumbuhan bisnis mereka. Tipe ignorant dan users merupakan jenis UKM yang pasif dalam mengembangkan strategi bisnis mereka. Sedangkan low-cost producers dan differentiation producers, merupakan tipe UKM yang proaktif mengembangkan strategi dan Branding untuk mengembangkan bisnis mereka
Bagi pelaku UKM yang proaktif untuk mengejar pertumbuhan bisnis dan ingin memenangkan persaingan di era hyper-competition, maka Pak Bi memperkenalkan serial Workshop untuk membangun Brand, yakni “Branding-Marketing-Selling”, “Magnet Branding”, “Brand Disruption” dan “No Brand, No Bisnis.” Workshop ini akan mengajarkan pelaku UKM setiap tahapan untuk membangun Brand secara tepat dan singkat.
Bagi pelaku UKM yang butuh update informasi seputar Branding dan Bisnis silahkan follow akun IG @subiakto, @dwitasoewarno, @indonesiabisabikinbrand, @bukanakademi, @indonesiaspicingtheworld, @rumahukmcom
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Origin Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silahkan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: JF Sebayang