Kepercayaan merupakan faktor yang paling penting pada tingkat konsumen. Chaudhuri dan Holbrook (2001) menyebutkan Brand Trust memberikan keuntungan bagi perusahaan baik dari sisi pangsa pasar maupun harga premium.
Menariknya, kepercayaan dapat meningkat karena “satu kalimat pendek” di akhir iklan Anda, misalnya “You can trust us to do the job for you” (Dooley, 2012). Roger Dooley menyebutkan sejumlah studi menunjukkan beberapa frase mampu meningkatkan kepercayaan konsumen, yakni:
“Fair price” meningkatkan kepercayaan hingga 7 persen
“Caring” meningkatkan kepercayaan hingga 11 persen
“Fair treatment“ meningkatkan kepercayaan hingga 20 persen
“Quality” meningkatkan kepercayaan hingga 30 persen
“Competency” meningkatkan kepercayaan hingga 33 persen
Selain itu, Roger Dooley menyebutkan senyuman dapat membantu penjualan. Suatu penelitian menunjukkan orang yang sedang kehausan bersedia membayar dua kali lipat sebuah minuman, saat melihat wajah tersenyum bahagia dibanding wajah marah (Dooley, 2012). Situasi ini karena isyarat wajah (senyuman), pelukan atau jabat tangan dapat memicu otak melepaskan hormon oksitoksin (Ellenbogen et al. 2012).
Zak (2011) menyebutkan otak melepaskan oksitosin yang merupakan respon timbulnya kepercayaan. Oksitoksin semacam “moral molecule” yang mempengaruhi perilaku pro-sosial, antara lain kepercayaan, empati, kemurahan hati, perhatian dan pengorbanan ibu. Selain itu, Oksitoksin disebut juga “love hormone” (Bartz et al., 2011) karena memiliki peranan penting dalam cinta romantis, karena hormon ini yang mendorong berpelukan di antara kekasih (Parmar & Malik, 2017). Oksitosin juga meningkatkan kepercayaan dan mengurangi rasa takut sehingga berperan mengatasi kecemasan dan rasa takut. (Veenema dan Neumann, 2008). Lebih jauh, Plessis (2011) menyebutkan cara kerja otak pelanggan loyal terhadap Brand sangat mirip dengan otak orang yang sedang kasmaran.
Begitu besarnya pengaruh hormon yang mempengaruhi perilaku manusia, maka Saad (2007) mengajak peneliti pemasaran untuk dasar-dasar biologis perilaku manusia, terutama pengaruh hormon terhadap perilaku manusia. Oleh sebab itu, Pak Bi memasukkan pendekatan Neuroscience dalam materi “Bisa Bikin Brand” agar relevan dengan perkembangan terkait marketing dan branding terkini. Selain itu, pendekatan neuroscience dapat digunakan untuk membangun Brand dengan menciptakan kepercayaan (trust) di benak konsumen.
Bagi pelaku UMKM yang berminat menciptakan TRUST, bisa belajar di Workshop Offline Eksklusif “Bisa Bikin Brand” tanggal 19-20 September 2022.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.