Kategori
Artikel

WORK IS “THEATRE”

James Gilmore & B. Joseph Pine II, (2011) dalam bukunya “Experience Economy” menekankan tentang pentingnya prinsip “theatre” dalam menjalankan bisnis yang ingin menerapkan model bisnis ala “Experience Economy”

Gilmore dan Pine menguraikan dalam “Experience Economy”, pelanggan secara langsung mengamati dan mengalami setiap kegiatan dari pelayanan (service) yang diberikan. Pemilik usaha harus menyadari bahwa karyawan yang memberikan pelayanan sesungguhnya sedang bermain peran sebuah drama dalam kehidupan nyata. Gilmore dan Pine menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam pertujukan seperti production, performance, method, role, scenario ke dunis bisnis.

Gilmore dan Pine juga menggunakan “performance theory” dari Richard Schechner, untuk menjelaskan konsep performance, yaitu “an activity done by an individual or group in the presence of and for another individual or group.”

Richard Schechner memberikan kerangka dasar “performance” yang berorientasi pada empat konsep dasar utama yaitu drama, script, theatre, and performance.  Konsep theatre yang dibawa ke dalam dunia bisnis dianalogikan Schechner menjadi :

drama = strategy;

script = process;

theatre = work

performance = offering

 

Menurut Schechner, drama (straregy) merupakan pusat dari keseluruhan performance. drama (straregy) menjadi inti dari value perusahaan yang mencakup visi, misi dan rencana bisnis perusahaan. 

Script  (process) merupakan standard procedure operational tertulis yang digunakan perusahaan untuk melaksanan strategi yang menjad inti dari perusahaan.

Theatre (work) merupakan sebuah event yang dimainkan sekelompok karyawan yang menjadi representasi strategy yang akan dirasakan oleh pelanggan.

Performance (offering) merupakan sebuah pentas pertujukan yang melibatkan pelanggan menjadi bagian dari sebuah pengalaman yang tak terlupakan. “Experiences as Memorable Events”

Dalam membangun Brand, prinsip “Work is Theatre” juga dapat kita temukan dalam proses pembuatan jingle seperti yang dijelakan Pak Bi dalam “Workshop Mindhacking Jingle”, Jingle adalah “pesan Brand” dalam bentuk nada dan irama.

Sebuah Jingle memiliki empat elemen penting, yaitu (1) Lirik yang berupakan bentuk copywriting dari Strategi Brand, (2) Melodi dan Irama, membangkitkan nada-nada yang yang ada di benak konsumen, (3) Musik merupakan elemen yang menciptakan drama pada lirik dan (4) Suara, membangkitkan ekspresi pendengar

Pak Bi menegaskan Jingle satu satunya stimulus yang mempu membangun theater of mind di benak konsumen sehingga konsumen merasakan ‘better product’ yang membuat konsumen  ‘feel good’ dan merasakan datangnya ‘better world’.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia”