SAMBAL “MENTAH”, SAMBAL KHAS CITARASA INDONESIA.
Hasil kajian yang dilakukan Hokky Situngkir, Ardian Maulana, dan Rolan M. Dahlan tentang Diversity In Indonesian Traditional Cuisine” kita dapat melihat Peta Kekerabatan Sambal se-Indonesia yang merupakan kekayaan keberagaman Indonesia. (bisa dilihat pada http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.2703706).
Misalnya kedekatan citarasa sambal matah khas Bali dengan sambal tuktuk khas Tapanuli (Sumatera Utara) yang menggunakan bahan berbahan mentah (fresh) tanpa ditumis (dimasak)
Selain itu, pilihan jenis makanan yang akan menjadi pasangan sambal juga beragam mulai dari daging, ikan hingga sayuran. Salah satu pasangan sambal yang unik, yakni Pakkat makanan khas Mandailing (Sumatera Utara) yang berupa rotan muda. Rotan muda ini dimakan dengan sambal matah yang terbuat dari cabai mentah giling dan irisan bawang merah mentah dan di beri perasan jeruk nipis.
Begitu besarnya potensi keberagaman kekayaan sambal dan makanan khas daerah di Indonesia. Sehingga Pak Bi menyarankan untuk meningkatkan daya saing terhadap produk dari negara lain terutama produk negara dari Kawasan ASEAN yang produknya cenderung sama dengan produk UMKM Indonesia, maka pelaku UMKM harus membangun Komunal Brand yang berbasis Indikasi Geografis.
Komunal Brand akan menciptakan pelanggan bagi produk UMKM karena memberikan ikatan yang kuat dengan komunitas. Inilah salah satu pertimbangan Pak Bi menyelenggarakan “Workshop Cross Branding”, agar pelaku UMKM mampu mengoptimalkan kekhasan daerah sebagai keunggulan kompetitif baik bagi kota-kota di Indonesia maupun pelaku UMKM.
Oleh karena itu, Pak Bi mendirikan Rumah UKM dan BukanAkademi (partner Rumah UKM dibidang Edukasi) tahun 2014 sebagai sarana memperkuat pelaku UMKM untuk belajar “Bisnis dan Brand” sehingga mampu memanfaatkan kekayaan Indonesia berupa Indikasi Geografis dengan melakukan Cross Branding.
Ini saatnya INDONESIA “Membumbui Dunia dengan SAMBAL ASLI INDONESIA