Categories
Artikel

PRODUCT CENTRIC ATAU CUSTOMER CENTRIC?

indonesiaspicingtheworld.com. Customer relationships menjadi prioritas utama sebagian besar perusahaan seiring terjadinya  pergeseren dari  product-centric ke customer centric (Day 1999). Oleh sebab itu, perkembangan pemasaran pada  periode  tahun 2000-an menitikberatkan pada hubungan customer experience terhadap kinerja bisnis dalam jangka panjang.

Sheth, Sisodia, dan Sharma (2000) memperkenalkan customer centricity & customer focus yang merupakan pendekatan untuk menciptakan nilai kepada pelanggan secara individu daripada target market (massal).

 

Customer centricity merupakan strategi yang menyelaraskan produk dan layanan perusahaan dengan kebutuhan pelanggan untuk memaksimalkan pendapatan jangka panjang dari pelanggan tersebut. Fader (2012) mengungkapkan tools yang kerap digunakan pada customer centricity, yakni “Buyer Persona” dan “Jobs-to-be-done.

 

“Buyer Persona”  merupakan representasi semi-fiksi dari pelanggan ideal berdasarkan riset pasar dan data  pelanggan yang sudah ada” (Kusinitz 2014). Sedangkan, “Jobs-to-be-done” istilah yang disampaikan  Christensen dan rekannya untuk menilai situasi dan kondisi kehidupan pelanggan yang mendorong dan mempengaruhi mereka membeli suatu produk.

Secara sederhana, Pak Bi menyampaikan Product Centric,  bila anda membuat produk sesuka hati anda dan mengabaikan calon konsumennya. Kalau ditingkat UKM biasanya jurus “isakuiki” alias cuma bisa ini. Setelah produk jadi, barulah buka lapak mencari pembeli dan produk ditawarkan dengan pamer keunggulan produknya.

Consumer Centric, bila anda melakukan survei kecil-kecilan tentang kebutuhan/problem/habit/ritual sebelum bikin produk. Cara ini anda butuh Brand sebagai pengikat emosi (suka, cinta, kasmaran) sehingga pembeli beli lagi beli lagi.

Jadi, pelaku usaha mesti memahami kebutuhan, masalah, perilaku serta ritual konsumen untuk menyelaraskan produk dan layanan yang diberikan kepada konsumen. Namun, begitu dinamisnya perubahan perilaku konsumen di era media sosial, maka pelaku usaha harus menguasai berbagai pilihan strategi marketing untuk memenangkan persaingan sekaligus membangun loyalitas pelanggan, antara:

Marketing 1.0 – Product Centric

Marketing 2.0 – Consumer Centric

Marketing 3.0 – Customer Identity

Marketing 4.0 – Community Base

Community Based

Evangelist

Tribes

Bagi yang berminat mememangkan persaingan di media sosial yang menciptakana “pinball ekosistem”, yuk bergabung ddi workshop “Branding Marketing Selling” pada tanggal 15-16 Juni 2023.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.comindonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com  serta  subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official. Dan follow juga Instagram Pak Bi @subiakto.

 

Penulis: JF Sebayang

@jfsebayang