Persaingan merupakan situasi alamiah yang harus dihadapi setiap perusahaan untuk menjaga profitabilitas dan mempertahankan keberlangsungan bisnis mereka. Menurut Porter (1985) terdapat lima kekuatan kompetitif dalam setiap sektor industri, masuknya pesaing baru, ancaman substitusi, daya tawar pembeli, daya tawar pemasok (suplier) dan persaingan antar pelaku usaha yang sudah ada. Kelima kekuatan kompetitif akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan karena kekuatan kompetitif akan mempengaruhi biaya, investasi dan harga.
Perusahaan selain harus menghadapi persaingan antar pelaku usaha, mereka juga harus bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Porter (1985) mengemukakan memuaskan kebutuhan pembeli merupakan inti dari keberhasilan bisnis. Oleh karena, kesediaan konsumen untuk membayar sebuah produk melebihi biaya produksinya akan memberikan profit yang akan membuat bisnis bertahan dalam jangka panjang.
Disinilah subsitusi menjadi ancaman yang dapat mengganggu keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang. Dari pandangan ilmu Ekonomi, konsumen membuat keputusan mereka dengan menggunaan perhitungan dan naluri dan seringkali harga menjadi faktor pertimbangan untuk membeli sebuah produk. Konsumen peka dengan perubahan harga, dan seringkali produk substitusi hadir untuk menawarkan produk relatif lebih murah dengan value yang ditawarkan sama dengan produk yang telah ada (Dixit, 2014).
Porter (1985) mengemukakan subtitusi merupakan proses satu produk atau jasa menggantikan produk atau jasa yang telah ada. Substitusi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan karena dapat memperluas atau mempersempit jangkauan segmen dalam suat industri (Porter, 1985).
Subtitusi sebagai ancaman dapat dimanfaatkan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan dan itu yang dilakukan pak Bi, saat ditanya pak Yogi Hendra, “Saya punya mesin permen dengan kapasitas 2 juta pcs per hari. Baru terisi 300 ribu pc per hari dengan merek Chelsea. Nah, saya minta pak Biakto mengisi yang 1,7 juta pcs per hari.”
Pak Bi bukannya membuat merek permen, malah membuat kopi berbentuk permen sebagai gantinya ritual kopi yang kemudian dikenal dengan Kopiko. Pak Bi menciptakan value pada permen Kopiko dengan “Gantinya Ngopi” yang menawarkan tetap bisa produktif meski mata terasa ngantuk.
Bila Mata Ngantuk, Tapi Anda Sibuk
Tak Sempat Ngopi,
Ambil Saja Kopiko, Kopi Permen Kopiko
Kopiko, Gantinya Ngopi
Kopiko menawarkan kemudahan untuk mendapatkan manfaat minum kopi di saat-saat tidak mungkin untuk minum kopi. Kopiko telah menjadi substitusi untuk ritual minum kopi.
Bagi pelaku usaha ingin keluar dari hyper-competition dengan menciptakan produk substitusi, serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption” menjadi pilihan yang tepat.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto.Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
Penulis: JF Sebayang