Categories
Artikel

BUKAN SEKEDAR NAMA MEREK

Sejak  Kementerian Koperasi dan UKM mencanangkan gerakan “Satu Juta Usaha UMKM Naik Kelas”. kata  “UMKM Naik Kelas” menjadi kata yang populer di kalangan stakeholder usaha kecil dan menengah. Seiring dengan “semangat UMKM Naik kelas”, kesadaran terhadap Brand dan Packaging juga meningkat di kalangan pelaku UMKM. Muncullah jasa layanan konsultan Brand untuk UMKM.

Dalam percakapan sehari-hari pelaku UMKM, Brand lebih diartikan sebagai “Nama Merek” atau “Logo”. Pemahaman pelaku UMKM ini merujuk pengertian BRAND yang dibuat  The American Marketing Association (AMA) di tahun 1960:

“A name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them which is intended to identify the goods or services of one seller or a group of sellers and to differentiate them from those of competitors.”

Padahal Brand berubah seiring berjalannya  waktu dan perubahan budaya dan perilaku konsumen. Heding, Knudtzen and Bjerre (2020) melakukan analisis terhadap artikel penelitian tentang BRAND yang paling  berpengaruh yang diterbitkan antara 1985 dan 2019. Kajian ini dilakukan pada lebih kurang 650 artikel dari Journal of Marketing, Journal of Marketing Research, Journal of Consumer Research, Harvard  Business Review and European Journal of Marketing). Hasil kajian menemukan delapan pendekatan tentang BRAND, yaitu:

  1. Pendekatan ekonomi (economic approach): BRAND merupakan bagian dari bauran pemasaran tradisional (marketing mix)
  2. Pendekatan identitas (identity approach): BRAND terkait dengan identitas perusahaan (corporate identity)
  3. Pendekatan berbasis konsumen (consumer-based approach): BRAND merupakan asosiasi konsumen (consumer associations)
  4. Pendekatan kepribadian (personality approach): BRAND memiliki karakter seperti manusia (human-like character)
  5. Pendekatan relasional (relational approach): BRAND berperan sebagai mitra (viable relationship partner)
  6. Pendekatan komunitas (community approach): BRAND sebagai interaksi sosial (social interaction)
  7. Pendekatan budaya (cultural approach): BRAND merupakan bagian dari struktur budaya (broader cultural fabric)
  8. Pendekatan sensorik (sensory approach): BRAND sebagai sebuah pengalaman melalui panca indra (as experienced through our senses)

Pemahaman yang lengkap tentang tentang BRAND akan memudahkan pelaku UMKM untuk menyusun Value dan Strategi “Manajemen Brand” yang relevan digunakan untuk PRODUK dan SEKTOR INDUSTRI bisnis yang sedang dijalankan sehingga biaya yang dikeluarkan baik dari sisi finansial (uang) maupun non finansial (waktu dan tenaga) tidak terbuang sia-sia.

Bagi pelaku UMKM yang ingin belajar BRAND secara praktis, bisa mengikuti workshop tentang BRAND yang dirancang pak Bi berdasarkan pengalaman 50 tahun membangun Brand-Brand di Indonesia, antara lain: workshop “Brand, Marketing, Selling”, workshop “Magnet Branding”, workshop “No Brand, No Bisnis”.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.