indonesiaspicingtheworld.com James Culliton (1948) membuat analogi pelaku bisnis ibarat “an artist—a mixer of ingredients“, seniman yang mencampur berbagai bahan.
Pelaku bisnis dalam menjalankan usahanya, kadang-kadang mengikuti resep yang disiapkan oleh orang lain, dan bisa juga membuat resepnya sendiri seiring berjalannya waktu. Bahkan, pelaku bisnis juga bereksperimen atau menciptakan bahan-bahan yang belum pernah dicoba oleh orang lain.
Neil Borden (1965) menyukai istilah “mixer of ingredients” sehingga dalam artikelnya yang berjudul “The Concept of the Marketing Mix” menyebut seorang eksekutif pemasaran sebagai “mixer of ingredients.”
Marketer merupakan orang yang terus-menerus terlibat untuk menciptakan berbagai perpaduan prosedur dan kebijakan pemasaran secara kreatif untuk menghasilkan profit bagi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, seorang marketer yang berperan sebagai “mixer of ingredients” akan menerapkan “marketing mix” (Borden, 1965).
Borden memperkenalkan konsep “Marketing Mix” yang terdiri dari dua belas faktor yang harus diperhatikan manajemen ketika merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran, yaitu (1) Product Planning, (2) Pricing, (3) Branding, (4) Channels of Distribution, (5) Personal Selling, (6) Advertising, (7) Promotions, (8) Packaging, (9) Display, (10) Servicing, (11) Physical Handling dan (12) Fact Finding and Analysis.’
Selain itu, Borden (1965) menyebutkan ada empat faktor kekuatan pasar yang mempengaruhi Marketing Mix, yaitu (1) perilaku konsumen,(2) perilaku pedagang besar dan pengecer, (3) posisi dan perilaku pesaing, dan (4) kebijakan pemerintah.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen, maka terjadi pergeseran pendekatan marketing. Pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” menyebutkan marketing mengalami pergeseran mulai dari marketing 1.0 hingga marketing 4.0.
Marketing 1.0 fokus jualan produk, marketing 2.0 fokus pada customer atau pelanggan, marketing 3.0 fokus pada co-creation dan marketing kepada tribes.
Penerapan marketing meski disesuaikan dengan “needs and want” konsumen. Oleh sebab itu, pelaku usaha dan pemasar sebaiknya memahami perilaku konsumen mereka.
Jadi, bagi pelaku UKM yang tertarik untuk belajar memahami perilaku konsumen untuk membangun bisnis yang profitable dan sustainable. Yuk, gabung di workshop “Paham Perilaku Pembeli” tanggal 6-7 Nopember 2023.
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang