Kemajuan teknologi informasi dan internet memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk mengakses informasi maupun melakukan transaksi.
Google tahun 2009 memperkenalkan algoritma pada Google Web Search yang mampu memberikan informasi berdasarkan interaksi sebelumnya dan preferensi pengguna sesuai denga informasi yang diinginkan.
Eli Pariser (2011) menyebutkan ini merupakan era personalisasi. Teknologi telah meningkatkan kemampuan orang untuk “memfilter” apa yang ingin mereka baca, lihat, dan dengar (Sunstein, 2009).
Dibalik kemudahan orang untuk mendapatkan informasi sesuai dengan yang mereka inginkan, menyimpan potensi bahaya di ruang media sosial. Potensi ini akibat adanya ‘filter bubbles’ (Pariser 2011) atau ‘echo chambers’ (Sunstein 2009).
Eli Perser dalam “The Filter Bubble: What the Internet is Hiding from You (2011)”, mengingatkan orang terjebal dalam “gelembung” yang mereka ciptakan sendiri, mereka hanya membaca, mendengar dan melihat yang mereka inginkan. Tanpa disadari algoritma mampu memanipulasi dan mempengaruhi pikiran kita.
Cass Sustein dalam “Republic.com”, menyatakan teknologi dengan algoritma personalisasi ini akan menimbulkan efek “echo Chamber”, sebuah kondisi dalam komunitas online yang hanya mendengar pendapat mereka sediri terus-menerus ‘bergema’ yang memperkuat kebenaran atas informasi yang kepercayaan mereka.
Cass Sustein mengingatkan adanya Filter Bubble dan Echo chamber dapat menimbulkan polarisasi kelompok (keterbelahan) yang ekstrem yang dapat menganggu kerukunan warga negara.
Apa yang dicemaskan Cass Sustein, sudah dapat kita rasakan semenjak tahun 2014-hingga sekarang, bagaimana keterbelahan masyarakat akibat pemilihan presiden.
Dalam suasana polarisasi yang kuat akibat Pilpres, gagasan membangun riang yang disampaikan Handoko Hendroyono pada Event “Indonesia Spicing the World” pada tanggal 24 Agustus 2019 di Gedung Smesco, Jakarta menjadi hal yang menarik.
Handoko mengambil cerita “Kebun Ide” dan “Mbloc” sebagai contoh bagaimana ruang public bermanfaat bagi masyarakat. Kebun ide mengusung ruang hijau yang nyaman bagi keluarga yang sekaligus ruang interaksi bertukar ide dan gagasan. Sedangkan Mbloc sebagai creative hub dan tempat hiburan bagi masyarakat.
Handoko mengajak kita untuk berpartisipasi membangun “kegembiraan dalam ruang kreatif” dengan semangat guyub dan kekeluargaan.
Gagasan ini sejalan dengan Core Value dari Gerakan “Indonesia Spicing the World”
CORE VALUE
“REMPAH”
Campuran Esensi Untuk menghasilkan SATU CITA RASA
merepresentasikan PERSATUAN.
Kehadiran “Ruang Riang, Ruang Kreatif” dalam sebuah kota akan berpotensi mengubah kota dari Lokasi menjadi Destinasi, sebuah tahapan membangun City Branding.
Gerakan “Indonesia Spicing the World” mengajak kita untuk mengubah kota kita dari Lokasi menjadi Destinasi, kota yang memiliki City Branding yang akan Membumbui Dunia, dengan satu Langkah awal Mari Kita Ciptakan Ruang Riang di Kota Kita, Ruang Riang untuk Indonesia.