Zingiberaceae (di Indonesia lebih dikenal dengan temu-temuan) yang biasa digunakan sebagai tanaman hias, bumbu masakan, dan obat tradisional. Temu-temuan ini dapat bermanfaat sebagai imunomodulator (daya tahan tubuh), growth regulator(meningkatkan nafsu makan) dan growth stimulator (mempercepat pertumbuhan badan). Ekstrak jahe, kunyit, temulawak, lengkuas mampu meningkatkan aktivitas sistim imun (Spelman et al., 2006).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menemukan jahe (50,36%), kencur (48,77%), dan temulawak merupakan tanaman obat yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Tradisi menggunakan tanaman obat yang memiliki manfaat sebagai imunomodulator (daya tahan tubuh) menunjukkan masyarakat Indonesia turun temurun telah terbiasa menjaga Kesehatan dan mencegah penyakit.
Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) yang mengandung Kurkuminoid (1-2%) telah digunakan secara turun temurun di Indonesia untuk mengobati berbagai keluhan perut dan gangguan hati, demam dan sembelit, cacar dan anoreksia serta untuk mengurangi peradangan rahim setelah melahirkan. Obat tradisional mengandung temulawak sudah banyak didaftarkan dengan klaim yang disetujui antara lain: memelihara kesehatan fungsi hati dan menambah nafsu makan.
Tradisi memanfaatkan temulawak menjadi upaya mencegah penyakit dan menjaga kesehatan merupakan kekayaaan Indonesia di sektor Industri Tanaman Obat. Tradisi ini dapat dimanfaatkan pelaku UMKM untuk membangun Produk berbasis DNA.
Keberagaman kekayaan Biofarmaka Indonesia juga membuka peluang keberagaman produk berbahan baku Biofarmaka, mulai makanan/minuman, kosmetik dan fitofarmaka.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Fitofarmaka Tradisi Budaya Indonesia”