indonesiaspicingtheworld.com. Personal branding semakin populer terutama di lingkungan bisnis.
Terlihat dengan banyaknya buku populer yang mengulas tentang Personal Branding.
Misalnya: Tom Peter (1999): “The Brand You 50”, Robert W. Bly (2001): “Become a Recognized Authority in Your Field”, Stedman Graham (2001): “Build your own Life Brand”, David McNally & Karl Speak (2002): “Be Your Own Brand”, dan Peter Montoya & Tim Vandehey (2003): “The Brand Called You.”
Kondisi ini mendorong pada akademisi melakukan berbagai studi terkait Personal Branding. Studi yang dilakukan Gorbatov et al (2018) menemukan personal branding merupakan konsep multidisiplin yang menggunakan berbagai teori berbeda yang dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yakni: sosiologis, pemasaran, psikologi, dan ekonomi.
Dari perspektif teori sosiologi, konsep dramaturgi Goffman menjadi rujukan yang paling dominan terkait “Personal Branding.” Goffman (1959) menempatkan “Personal Branding” merupakan aktivitas manajemen kesan yang bertujuan untuk mempengaruhi persepsi orang lain. Manajemen kesan terdiri dari aktivitas backstage (misalnya, refleksi, mengenal diri sendiri, dll) dan onstage performance (manajemen kesan, mengelola umpan balik, dll.)
Sedangkan dari perspektif ilmu marketing, Kotler & Levy (1969) yang dianggap pengusung awal konsep personal branding dengan yang termuat dalam artikel “Broadening the Concept of Marketing.” Kotler & Levy menyampaikan perluasan konsep marketing yang secara tradisional menjual produk berkembang hingga memasarkan jasa, orang dan gagasan. Selain itu, Brand Personality yang dikemukakan Aaker (1997) menjadi referensi dalam melakukan penelitian tentang personal branding.
Dari perspektif ilmu psikologi, “Personal Branding” bertujuan untuk membentuk identitas dan memenuhi kebutuhan dasar, misalnya: self-fulfillment, self-esteem, power (kekuasaan), entertainment dan pengembangan diri (Gorbatov et al, 2018).
Sedangkan perspektif ekonomi menempatkan “Personal Branding” dalam konteks yang lebih luas, yakni organisasi dan masyarakat. “Personal Branding” dalam lingkungan makro yang mendorong munculnya ekonomi reputasi (Gandini, 2016).
Semakin berkembangnya internet dan media sosual sehingga proses pembentukan reputasi semakin penting yang menggantikan proses penciptaan kepercayaan (trust) yang biasanya dilakukan secara tatap muka. (Gandini, 2016).
“The existence of a digital reputation economy that links self- branding to reputation as an asset” (Hearn, 2010)
Secara praktis, Pak Bi menyampaikan PERSONAL BRAND berawal dari KOMPETENSI melalui kerja keras dan disiplin. Hasil dari kompetensi menghasilkan PRESTASI dan prestasi yang diperoleh secara terus menerus akan menciptakan REPUTASI yang akan menjadi LEGACY.
Lebih lanjut, Pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” menjelaskan “Personal Brand” adalah nama seseorang yang punya makna. Makna tersebut dirumuskan dari nilai-nilai yang ada pada diri pemilik nama tersebut.
Pak Bi menyebutkan ada tujuh nilai yang bisa digunakan untuk menciptakan personal brand. Lengkapnya dapat disimak dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” atau klik http://pakbibaca.in untuk mendengarkan audio book “Kitab Bisa Bikin Brand”, dan kemudian ikuti workshop “Bisa Bikin Brand” tanggal 24-25 Pebruari 2024.
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang