indonesiaspicingtheworld.com. Pernah bertanya-tanya nggak sih bagaimana caranya brand-mu bisa tampil percaya diri tapi nggak terkesan “pamer”? Humble but relatable? Yakin bisa? Bisa, dong.
Yes, ketika brand-mu ingin tampil humble tapi tetap relatable dengan audiens, kamu perlu menggunakan teknik storytelling dengan pengambilan point of view yang tepat agar selalu bisa terkesan membumi dan dekat dengan audiens. Caranya?
Focus on Journey
Daripada langsung menonjolkan pencapaian atau success story, coba ceritakan perjalanan brand-mu. Audiens nyatanya lebih suka mendengar cerita tentang segala ups and downs yang pernah dihadapi dan bagaimana kamu mengatasinya. Misalnya, ketika brand-mu baru dirintis dan banyak hal yang belum sempurna. Bagaimana kamu bertahan melewati masa-masa sulit tersebut? Nah, cerita seperti ini bisa membuat audiensmu merasa tersentuh sekaligus terkoneksi, karena mungkin mereka juga mengalami tantangan serupa di hidup mereka.
Dengan berbagi cerita tentang sebuah struggle, brand-mu akan lebih terasa “human” dan dekat dengan audiens, bukan sekadar sebuah brand yang jauh dari jangkauan mereka.
Be Human
Nyaris semua brand punya prinsip yang dijunjung tinggi, misalnya rasa empati dan komitmen pada audiens. Jangan ragu menunjukkan bahwa brand-mu nggak selalu sempurna dan akan terus belajar. Ini adalah kuncianmu tetap terkesan humble di mata audiens. Sebagai contoh, jangan takut untuk mengakui jika ada keputusan yang ternyata salah atau strategi yang tidak berjalan sesuai ekspektasi. Ini menunjukkan bahwa di balik brand-mu sekarang, ada manusia yang selalu belajar dan berusaha lebih baik.
Dengan cara ini, audiens akan lebih mudah terhubung dan merasa bahwa brand-mu bukan cuma jualan, tapi juga berbagi pengalaman bermakna.
Customer Story
Salah satu cara terbaik untuk menjaga brand-mu tetap humble adalah dengan memberikan spotlight kepada customer. Bagikan cerita tentang sejauh mana produkmu bisa membantu atau menginspirasi mereka. Dengan mengangkat customer story, audiens akan merasa bahwa kesuksesan brand-mu juga nggak lepas dari kontribusi mereka. Ini menunjukkan bahwa kamu menghargai customer, bukan cuma fokus pada pencapaian atau profit. Biarkan customer-mu jadi “tokoh utama” dalam ceritamu.
Authentic and Simple
Cara kamu berbicara dengan audiens juga sangat penting. Hindari gaya berkomunikasi yang terlalu formal atau kata-kata yang terlalu kompleks. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Jangan lupa juga untuk selalu jujur dalam setiap komunikasi. Bahasa yang hangat dan autentik akan membuat audiens merasa nyaman dan brand-mu terasa lebih approachable.
Bigger Mission
Daripada fokus pada angka penjualan atau penghargaan yang kamu raih, coba ceritakan misi besar yang ingin brand kamu capai. Misalnya, apakah brand-mu punya visi untuk membawa dampak positif di tengah masyarakat? Atau mungkin ingin menciptakan dunia yang lebih baik lewat produk yang kamu tawarkan? Misi yang lebih besar ini akan membuat audiens merasa bahwa brand-mu punya tujuan yang lebih bernilai, bukan cuma meraih keuntungan. Ketika audiens melihat bahwa kamu ingin berkontribusi untuk kebaikan bersama, mereka akan lebih terhubung secara emosional dengan brand-mu.
Intinya, penting untuk membuat brand-mu humble dan dekat dengan audiens. Cara ini bukan tanpa arti, kedekatan yang dijalin dengan audiens justru akan jadi bentuk Call To Action (CTA) yang sangat powerful.
Ingin tahu lebih banyak soal strategi branding yang humble tapi tetap powerful? Kamu bisa #belajardaripakbi. Follow akun IG @subiakto, subscribe YouTube Subiakto Official, dan baca berbagai artikel insightful di website www.subiakto.com.
Penulis: Nungki Mayangwangi