indonesiaspicingtheworld.com. Aksi boikot kini jadi salah satu tren dunia yang banyak menggoyahkan dan mengubah nasib bahkan brand brand global raksasa. Yes, kalo aja kamu sadari, aksi boikot ini adalah bukti nyata dari brand hell, dimana konsumen nggak hanya kehilangan kepercayaan dan ketertarikan pada suatu brand, tapi juga aktif menghindari dan menolak produknya.
Fenomena ini sering terjadi saat suatu bisnis dianggap melanggar nilai nilai etis, sosial, atau lingkungan yang penting buat konsumen. Saat suatu bisnis terlibat dalam skandal atau praktik bisnis yang nggak etis, konsumen bisa jadi merespons dengan sangat negatif. Mereka memilih untuk nggak hanya berhenti membeli produknya, bahkan memengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Aksi boikot ini menunjukkan betapa kuatnya reaksi emosional dan sosial yang bisa dihasilkan oleh tindakan atau kebijakan suatu bisnis yang dipandang salah.
Teori-teori ilmiah yang mendukung pemahaman tentang aksi boikot termasuk Teori Disonansi Kognitif dan Teori Konformitas Sosial. Teori Disonansi Kognitif, yang dikembangkan oleh Leon Festinger, menyatakan bahwa individu merasa nggak nyaman dengan inkonsistensi antara keyakinan dan tindakan mereka. Jika konsumen percaya pada nilai-nilai tertentu, seperti keadilan sosial atau keberlanjutan, tapi mendapati bahwa brand yang mereka gunakan melanggar nilai-nilai tersebut, mereka akan mengalami disonansi kognitif. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, mereka akan menghindari produk dari brand tersebut dan beralih ke alternatif yang lebih sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Teori Konformitas Sosial, yang dijelaskan oleh Solomon Asch, menunjukkan bahwa individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan norma-norma kelompok sosial mereka. Saat konsumen melihat bahwa orang lain dalam jaringan sosial mereka memboikot suatu brand, mereka cenderung mengikuti tindakan tersebut untuk tetap sesuai dengan kelompok mereka dan menghindari ostrasisme sosial. Aksi boikot menjadi alat untuk mengekspresikan ketidakpuasan kolektif dan memengaruhi bisnis untuk mengubah perilakunya.
Yes, aksi boikot nggak hanya menunjukkan tingkat ketidakpuasan yang ekstrem, tapi juga mencerminkan dinamika psikologis dan sosial yang mendasari perilaku konsumen terhadap suatu brand. Jangan gegabah dalam melangkah!
Pelajari insight-insight lainnya seputar branding dengan Follow akun IG @subiakto, subscribe YouTube Subiakto Official, dan baca artikel-artikel insightful di website www.subiakto.com. Atau baru hendak memulai usaha dan ingin ikut workshop Pak Bi? Jangan lupa join workshop offline terdekat tanggal 19 Juni 2024 ini yang rencananya bakal membahas strategi ATM dalam bisnis. Daftar lewat linktree di bio IG @subiakto sekarang juga!
Penulis: Nungki Mayangwangi