Categories
Artikel

DARI PENGALAMAN PERTAMA HINGGA BRAND EVANGELIST

indonesiaspicingtheworld.com. A strong experience triggers a desire to share it (Riivits-Arkonsuo et al, 2014)

 

Sejak Holbrook dan Hirschman (1982) menyampaikan pengalaman menciptakan value, maka semakin meningkat minat terhadap penciptaan pengalaman konsumen

di kalangan akademisi dan praktisi

 

Apalagi Pine dan Gilmore (1999) menyampaikan bahwa   pengalaman memberikan nilai tambah yang penting bagi konsumen.  Lebih lanjut, Holbrook (2001) menyebutkan ‘experience’ dan ‘evangelist’ memiliki hubungan yang kuat.  Jadi, sebuah pengalaman yang berkesan dan bermakna akan menciptakan ‘Brand Evangelist’ (Riivits-Arkonsuo, et al (2014)

 

Arnould et al. (2002) sebuah pengalaman konsumen secara keseluruhan meliputi pra-konsumsi, saat konsumsi dan pasca konsumsi produk. Pengalaman pra-konsumsi mulai dari pengalaman mencari produk, merencanakan pembelian, membayangkan dan memperkirakan sensasi produk. Pengalaman saat mengkonsumsi produk melibatkan multisensori yang terkait dengan kepuasan dan kesenangan. Pasca konsumsi berkaitan erat dengan kenangan yang tak terlupakan.

 

Sebuah pengalaman konsumen dapat disebut pengalaman yang baik, jika memberikan pengalaman yang luar biasa, berkesan dan bermakna. Sundbo dan Sørensen (2013) mengungkapkan pengalaman merupakan sensasi yang dirasakan di luar rutinitas sehari-hari yang meninggalkan jejak berupa kenangan. Sedangkan, Pine dan Gilmore menyebutkan pengalaman merupakan peristiwa yang berkesan.

Meski demikian, bagian penting dari pengalaman konsumsi adalah saat konsumen menyampaikan pengalaman tersebut melalui cerita, merekam pengalaman dalam bentuk gambar dan video yang berkesan, menulis buku harian atau blog dan berbagi  pengalaman tersebut di komunitas mereka.

 

Begitu pentingnya sebuah pengalaman bagi konsumen, makanya pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” menyebutkan “Brand is Love at First Bite”.

 

First bite akan menentukan apakah menciptakan kesan positif atau negatif bagi konsumen. Kesan positif akan menimbulkan rasa percaya, kemudian terbangun kredibilitas dan akhirnya membentuk loyalitas terhadap brand. Semakin kuat ikatan emosi yang terbangun antara brand dan konsumen, maka akan terbentuk brand evangelist yang akan mempromosikan dan membela brand tersebut.

 

Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.comindonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com  serta  subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

 

Penulis: JF Sebayang

@jfsebayang