Categories
Artikel

BRANDING = PENERAPAN ILMU SARAF?

indonesiaspicingtheworld.com. Dulu pernah dibahas Pak Bi @subiakto bahwa untuk bisa memahami perilaku konsumen, kamu
mesti belajar ilmu neurobranding. Ada yang masih ingat apa itu?
Neurobranding adalah pendekatan inovatif dalam marketing yang menggabungkan ilmu saraf
dengan teknik branding untuk memahami dan memengaruhi cara konsumen berpikir dan
merasakan tentang suatu produk. Goal utama dari neurobranding adalah memanfaatkan insight
tentang fungsi otak, emosi, dan proses kognitif untuk menciptakan brand yang bisa membentuk
hubungan emosional kuat dengan konsumen.
Dalam neurobranding ini, para ahli menggunakan teknologi seperti pencitraan resonansi
magnetik fungsional (fMRI) dan elektroensefalografi (EEG) untuk mengamati aktivitas otak
konsumen saat mereka terpapar elemen branding, seperti konten, iklan, logo, atau packaging
produk. Hasil dari penelitian ini lalu digunakan untuk merancang strategi branding yang lebih
efektif dan resonan.
Contohnya, saat kamu ingin tahu apa yang ada di balik pikiran konsumenmu saat menyimak
kontenmu, coba gunakan neurobranding untuk tahu reaksi mereka. Dengan menggunakan
fMRI, kamu bisa melihat area otak mana yang aktif ketika konsumen melihat konten tersebut.
Jika kontenmu berhasil mengaktifkan amigdala (yang terkait dengan emosi), atau nucleus
accumbens (yang terkait dengan kesenangan dan reward), maka konten tersebut dianggap
efektif dalam menciptakan respons emosional positif. Nah, data ini bisa kamu pakai untuk
mengoptimalkan kontenmu selanjutnya, misalnya dengan menambahkan elemen visual atau
naratif yang lebih kuat untuk meningkatkan dampak emosional.
Martin Lindstrom, salah satu tokoh populer dalam neurobranding, menulis dalam bukunya
"Buyology”, bahwa faktor-faktor bawah sadar dan emosional memengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Banyak keputusan pembelian sebenarnya didorong oleh proses-proses
di otak yang nggak disadari oleh konsumen itu sendiri. Lindstrom menggunakan teknik
neurosains untuk membuktikan bahwa banyak elemen branding yang efektif bekerja di bawah
level kesadaran konsumen, seperti bentuk, warna, dan suara.
David Eagleman, seorang ahli saraf dan penulis buku "Incognito," juga memberikan insight
serupa tentang bagaimana otak manusia memproses informasi yang berkaitan dengan
branding marketing. Katanya, otak manusia sering membuat keputusan secara otomatis dan
cepat berdasarkan emosi dan intuisi, daripada analisis rasional yang mendalam.
Ada lagi Ariely, profesor psikologi dan ekonomi perilaku, dalam bukunya "Predictably Irrational”,
menunjukkan bagaimana perilaku konsumen sering nggak rasional dan nggak bisa diprediksi,
yang pada akhirnya dimanfaatkan untuk perumusan strategi marketing yang lebih efektif lagi.

Maka, jika kamu ingin upaya branding dan marketingmu sukses, coba pahami dulu cara kerja
otak manusia melalui ilmu yang ada.
Follow akun IG @subiakto, subscribe YouTube Subiakto Official, dan baca artikel-artikel
insightful di website www.subiakto.com. Atau baru hendak memulai usaha dan ingin ikut
workshop Pak Bi? Jangan lupa join workshop offline terdekat tanggal 19 Juni 2024 ini yang
rencananya bakal membahas strategi ATM dalam bisnis. Daftar lewat linktree di bio IG
@subiakto sekarang juga!

 

 

Penulis: Nungki Mayangwangi

@mayangwangi