Categories
Artikel

ANTARA INFLUENCER DAN BRAND ADVOCATE

Perkembangan internet dan kemunculan media sosial membuat rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) menjadi kekuatan yang menarik perhatian para pemasar. Media sosial membuat word of mouth mampu menjangkau audiens lebih luas  melalui jaringan virtual “onetomany(Backaler, 2018). Sebuah akun di media sosial yang mampu menjangkau dan mempengaruhi ribuan hingga jutaan follower menjadi dasar lahirnya  pendekatan influencer marketing.  Menurut Backaler (2018), seorang dianggap influencer karena telah dikenal pada sebuah komunitas tertentu dan mampu  mempengaruhi tindakan anggota komunitas tersebut.

Selain itu, media sosial juga “komunitas konsumen” yang merupakan kumpulan konsumen yang memiliki minat, kebutuhan dan pengalaman yang sama dan kemudian saling berbagi ide dan pengetahuan bahkan kadang bereksperimen mengembangkan produk bersama (Lawer, 2006).  Brand yang kuat akan menciptakan loyalitas yang tertanam dan mengakar secara sosial menjadi sebuah brand commitment (Jacoby dan Chestnut 1978; Keller 1998), dan bahkan loyalitas yang berlebihan (McAlexander dan Schouten 1998) dan menciptakan Community Brand (Heding, Knudtzen &  Bjerre, 2020). Lebih lanjut Rob Fuggetta menyebut media sosial memperbesar kehadiran Brand Advocate, yakni pelanggan setia yang juga merekomendasikan Brand anda kepada orang disekitarnya.

Rob Fuggeta menyebutkan ada tiga karakteristik “Power Advocate”, yakni reach, frequency dan influence. Brand advocate yang kuat memiliki ribuan pengikut di akun sosial mereka (jangkauan luas), kerap membicarakan tentang Brand anda puluhan kali setiap minggu baik secara online dan offline (frekuensi) dan memotivasi orang untuk bertindak (membeli Brand anda).

Kalau melihat sekilas postingan antara influencer dan marketing, memang sulit untuk melihat perbedaan antara influencer dan Brand Advocate. Namun menurut Fuggetta (2012), berbeda influencer dengan Brand Advocate, yakni:

  • Influencer tidak memiliki ikatan emosi dengan Brand yang mereka rekomendasikan sehingga mereka tidak peduli dengan keberlangsungan Brand Anda. Berbeda dengan Brand Advocate, mereka menyukai Brand anda, bahkan kadang mereka membuktikan cinta mereka dengan membuat tato Brand di tangan atau lengan mereka.
  • Influencer merekomendasikan atau mempromosikan produk Brand anda dalam waktu singkat (misalnya saat launching produk). Sedangkan Brand advocate merekomendasikan Brand anda dalam waktu lebih lama, bahkan dapat seumur hidup mereka.
  • Influencer dapat meningkatkan percakapan dan awareness Brand anda di media sosial namun belum tentu meningkatkan penjualan anda, Sedangkan rekomendasi Brand Advocate mempengaruhi peningkatan penjualan anda.
  • Influencer meminta bayaran dari anda untuk setiap postingan rekomendasi yang mereka buat. Sedangkan Brand Advocate merekomendasikan Brand anda secara sukarela karena mereka senang membagikan dan membantu orang lain dengan merekomendasikan Brand Anda.

Walaupun ada perbedaan antara influencer dan Brand Advocate, namun keduanya  memiliki satu kesamaan, yakni memiliki ‘authority’ yang membuat pengikutnya percaya kepada mereka.  Pak Bi membagikan tips cara menciptakan ‘authority’, yakni: temukan Value Anda (DNA dan Core Value), posting konten setiap hari, memposting 80% tentang apa yang anda ingin dipercaya, content yang mendisrupsi pesaing, menguasai ilmu copywriting yang High Call to Action dan konsisten.

Bagi pelaku usaha yang tertarik mengubah “pelanggan menjadi Brand Advocates’ silahkan untuk mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subscribe channel YouTube Pak Bi untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.